TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, memprediksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2016 akan berada di bawah 5 persen. Pada triwulan II lalu, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,18 persen dan pada triwulan I hanya 4,91 persen.
"Triwulan II memang tumbuh 5,18 persen. Tapi, di triwulan III, tidak ada lagi stimulus dari faktor musiman yang mendorong perekonomian. Triwulan II, kan, ada Lebaran, gaji ke-13, tunjangan hari raya, dan lain-lain. Triwulan III mungkin sedikit di bawah 5 persen," ujar Eko setelah mengisi diskusi di kantor Indef, Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis, 20 Oktober 2016.
Pada triwulan IV, menurut Eko, pertumbuhan ekonomi ada kemungkinan akan membaik. Ekonomi akan terdorong oleh belanja pemerintah yang biasanya digenjot pada akhir tahun. "Pariwisata dan transportasi juga agak naik di triwulan IV karena ada momentum liburan Natal. Tapi, untuk mencapai pertumbuhan 5,2 persen sesuai dengan APBN-P 2016, agak berat."
Baca: Dorong Tax Amnesty, Sri Mulyani Bidik Pengacara dan Dokter
Eko memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2016 secara keseluruhan hanya akan mencapai 5,1 persen. Sedangkan laju inflasi akan berada di bawah 4 persen—patokan yang ditetapkan pemerintah dalam APBN-P 2016. "Inflasi mungkin di bawah target. Menurut saya, 3,2-3,3 persen," ucapnya.
Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi pada triwulan II mencapai 5,18 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibanding pada triwulan I, yakni 4,91 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi pada semester I tahun ini dibanding semester I tahun lalu tumbuh 5,04 persen. Adapun target yang dipatok dalam APBN-P 2016 adalah 5,2 persen.
Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo menyambut baik raihan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2016 sebesar 5,18 persen atau di atas prediksi bank sentral yang memproyeksikan 4,94 persen. Menurut dia, ada perbedaan hasil perhitungan dari BPS dan BI, di mana ekspor yang diperkirakan bank sentral masih tertekan ternyata telah menunjukkan perbaikan.
Simak: Aneh, Legislator dan Lulusan S-2 serta S-3 Masuk Daftar Warga Miskin
"Kelihatannya dari konsumsi pemerintah ataupun konsumsi rumah tangga, kita tidak lihat ada perbedaan dari apa yang kita hitung. Yang kita lihat ada perbedaan adalah di ekspor," ucapnya di kompleks gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat, 5 Agustus 2016.
ANGELINA ANJAR SAWITRI