TEMPO.CO, Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memproyeksikan total pendapatan sebesar Rp 956,19 miliar pada 2017 dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis, 20 Oktober 2016. Proyeksi pendapatan itu meningkat 11,19 persen dibandingkan total pendapatan Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2016-revisi senilai Rp 859,94 miliar.
Direktur Utama PT BEI Tito Sulistio mengatakan peningkatan proyeksi tersebut disebabkan adanya perkiraan penambahan pada pos pendapatan usaha sebesar 12,13 persen dari Rp 761,88 miliar menjadi Rp 854,32 miliar.
Adapun untuk proyeksi atas Biaya Usaha BEI untuk 2017 sebesar Rp 814,64 miliar, naik 8,6 persen dari RKAT 2016-revisi sebesar Rp 750,11 miliar termasuk biaya pungutan OJK dengan asumsi 15 persen dari total pendapatan untuk 2017, sehingga laba sebelum pajak menjadi Rp 141,55 miliar.
“Setelah dikurangi estimasi beban pajak sebesar Rp 46,1 miliar maka perkiraan perolehan lana bersih BEI di 2017 sebesar Rp 95,46 miliar,” ucap Tito Sulistio di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 20 Oktober 2016.
BEI juga memproyeksikan total aset pada 2017 juga akan meningkat 6,63 persen sebesar Rp 2,24 triliun dari RKAT 2016-revisi yang berjumlah Rp 2,10 triliun. Adapun saldo akhir kas dan setara kas, termasuk investasi jangka pendek di 2017 diproyeksikan mencapai Rp 1,12 triliun.
RUPSLB hari ini dihadiri oleh 101 pemegang saham atau 94,39 persen dari 107 pemegang saham yang memiliki hak suara. Selain telah disetujuinya RKAT 2017, pemegang saham juga secara aklamasi menyetujui agenda RUPSLB BEI lainnya yakni perubahan Anggaran dasar perseroan.
Adapun asumsi indikator makro ekonomi 2017 yang dipergunakan BEI adalah pertumbuhan ekonomi di tahun depan yang diperkirakan akan berada di kisaran 5,1 persen dengan laju inflasi pada kisaran 4 persen +- 1 persen. Sedangkan suku bunga acuan Bank Indonesia yakni 7-day (reverse) Repo Rate (pengganti BI Rate) diperkirakan akan berada pada level 5 persen.
Selain itu, BEI juga melihat asumsi rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada 2017 diproyeksi akan berada pada level Rp 13.300, dipengaruhi sentimen positif peningkatan investasi dari kalangan pemodal dalam dan luar negeri yang akan memperbaiki neraca pembayaran.
DESTRIANITA