TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO) telah mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa untuk melaksanakan penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD).
Berdasarkan prospektus ringkas yang dirilis perseroan, BRI Agro berencana menerbitkan saham baru yang akan ditawarkan pada rentang harga Rp 130-Rp 175 per saham. Harga tersebut jauh di bawah harga pasar saham BRI Agro saat ini. Berdasarkan data RTI Business, hari ini saham BRI Agro dibuka di harga Rp 300, dan hingga pukul 13.13 WIB harga turun Rp 292 atau turun 16 poin (5,19 persen).
Rencananya, anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) ini akan melepas sebanyak-banyaknya 3,84 miliar saham baru. Dengan penerbitan saham baru ini mereka mengincar memperoleh dana segar sebanyak-banyaknya Rp 499,65 miliar.
Adapun rasio right issue yang digunakan, setiap pemilik 6.698 saham lama akan memperoleh 2.244 saham baru. Dengan demikian saham baru akan mendelusi saham lama sebesar 25,33 persen.
Nantinya penerbitan saham baru akan akan disertai dengan penerbitan Waran Seri II sedikitnya 618,99 juta waran, atau setara 5,39 persen dari saham ditempatkan dan disetor penuh. Untuk rasio dari penerbitan saham ini, bagi 5.960 pemegang waran lama akan memperoleh 959 waran baru. Dengan demikian total saham dan waran yang akan diterbitkan korporasi sebesar 4,465 miliar lembar.
Setiap satu Waran Seri II dapat digunakan oleh pemegangnya untuk membeli satu saham baru Perseroan dengan membayar harga yang sama dengan harga pelaksanaan HMETD dalam periode pelaksanaan yakni 2 Juni 2017 sampai dengan 4 Juni 2018.
Setelah itu Waran Seri II yang tidak digunakan untuk membeli saham Perseroan sampai dengan masa akhir masa berlakunya akan menjadi kadaluwarsa, tidak bernilai serta tidak dapat digunakan untuk membeli saham Perseroan dan gugur demi hukum.
Saat ini mayoritas saham AGRO dipegang oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). Dengan adanya penerbitan saham baru, maka saham BBRI akan berkurang dari 87,23 persen menjadi 76 persen.
Pengurangan kepemilikan saham tersebut juga dilakukan untuk mematuhi peraturan Bursa Efek Indonesia (BEI) tentang ketentuan saham beredar (free float) di publik minimal 7,5 persen, terhitung Januari 2016. Sedangkan saat ini saham AGRO yang dimiliki publik baru sekitar 3,58 persen.
DESTRIANITA K