TEMPO.CO, Purbalingga - Pria itu dengan bersemangat melemparkan tomat ke salah satu kelompok yang sudah saling berhadap-hadapan di dalam kolam. Saling melempar tomat pun berlangsung seru. Tubuh dan wajah mereka berleleran cairan bewarna kekuning-kuningan. Pria tadi tak sampai menyelesaikan perang tomat itu yang mestinya berlangsung selama 15 menit. Dia menyingkir dari arena dengan dilindungi badan orang lain agar tak terkena lemparan tomat.
Dialah Tasdi, Bupati Purbalingga, Jawa Tengah, yang sedang menghadiri acara perang tomat yang merupakan rangkaian acara Festival Gunung Slamet. “Budaya itu sudah dilakukan sesepuh kita dulu. Dilakukan antar kelompok hingga antar desa,” ujar Sugito, Kepala Desa Karangreja, Purbalingga, Jumat, 14 Oktober 2016.
Dia menjelaskan, sekitar 400 tahun lalu di desanya para jawara setempat menggelar adu kekuatan dengan menggunakan cambuk dan parang. Kini kebringasan itu dinilai sudah tidak relevan. “Maka kami menggunakan hasil bumi sebagai alat utama dalam perang-perangaan, salah satunya menggunakan tomat,” kataya.
Acara ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bumi yang diberikan untuk warga Desa Serang. Mereka menggunakan tomat karena panen tomat melimpah di desa itu. “Tahun ini, dalam sehari tomat yang dipanen bisa mencapai 10-15 ton,” ujar Sugito. Tak heran panitia tak masalah menyediakan 1000 kilogram tomat untuk acara ini dengan melibatkan 200 peserta penduduk desa Serang.
Tasdi, sang bupati yang punya nama singkat ini, mengatakan tingginya hasil panen tomat di desa ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Dia menyarankan, kegiatan tahun depan, peserta perang tomat tidak hanya didominasi oleh warga setempat, melainkan juga melibatkan wisatawan. “Cara partisipasinya adalah dengan membeli tomat kepada warga terlebih dahulu,” katanya.
Menurut dia, peningkatan perekonomian dengan menjual hasil bumi dapat mendongkrak posisi Desa Serang pada posisi pertama, sebagai salah satu dari 15 desa wisata yang dicanangkan oleh pemda Purbalingga.
Suratno, 46 tahun, salah satu peserta perang tomat mengatakan, acara perang tomat kali ini makin ramai. “Saya ikut untuk menghibur warga dan wisatawan,” kata dia
BETRIQ KINDY ARRAZY