TEMPO.CO, Jakarta - Bursa saham global pada Rabu malam kemarin bergerak bervariasi. Meski indeks saham utama di kawasan Uni Eropa, Eurostoxx, terkoreksi 0,42 persen di level 3.008,03, di Wall Street indeks DJIA dan S&P berhasil menguat terbatas masing-masing 0,09 persen dan 0,11 persen di angka 18.144,20 dan 2.139,18.
Menurut analis ekonomi dari First Asia Capital, David Sutyanto, pasar merespons hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) pada September lalu, yang mengulangi kemungkinan kenaikan bunga di Amerika Serikat semakin terbuka pada pertemuan Desember mendatang. "Saat ini probabilitas kenaikan bunga di Desember mencapai 68 persen dan bulan depan 17 persen," ucapnya dalam pesan tertulis, Kamis, 13 Oktober 2016.
Pasar di Wall Street saat ini juga dipengaruhi perkembangan politik menjelang pemilihan presiden pada November mendatang dan mengantisipasi rilis laba 3Q16 sejumlah emiten perbankan akhir pekan ini.
Selain itu, sentimen pasar akan digerakkan oleh data neraca perdagangan Cina, yang akan keluar hari ini. Dari domestik sejumlah isu individual, terutama terkait dengan rilis kinerja 3Q16, turut memicu sentimen perdagangan hari ini.
Menurut David, membaiknya sentimen pasar saham global tadi malam dapat mengurangi risiko dalam perdagangan hari ini. "IHSG diperkirakan bergerak bervariasi dalam rentang konsolidasi dan berpeluang menguat terbatas." Ia memperkirakan IHSG akan bergerak dengan support di angka 5.350 dan resistan di angka 5.410.
Adapun perdagangan saham kemarin kembali bergerak dalam rentang konsolidasi di teritori negatif dengan minimnya insentif positif di pasar. Pelaku pasar lebih banyak wait and see sehingga nilai transaksi di pasar reguler menyusut hanya mencapai Rp 4,7 triliun. IHSG ditutup terkoreksi 17,386 poin (0,3 persen) di level 5.380,561.
Meningkatnya risiko pasar global dan kawasan Asia turut berimbas pada perdagangan kemarin. Saham-saham pertambangan masih menjadi fokus pasar. Sedangkan tekanan jual terutama melanda saham sektor konsumsi, perdagangan, aneka industri, dan infrastruktur.
Meningkatnya risiko pasar global ditandai dengan penguatan dolar Amerika terhadap sejumlah mata uang dunia lain, termasuk rupiah, menyusul semakin dekatnya rencana kenaikan tingkat suku bunga di Amerika pada akhir tahun ini.
DESTRIANITA