TEMPO.CO, Tegal - Tingginya curah hujan di pesisir Pantai Utara (Pantura), Jawa Tengah, dalam sepekan terakhir ini membuat produksi ikan asin terhambat. Penjemuran yang seharusnya memakan waktu satu hari, kini sampai tiga atau empat hari.
Ketua Kelompok Pengolah Ikan Asin Cahaya Semesta Kota Tegal Gunaryo mengatakan terhambatnya produksi ikan asin mengakibatkan tingginya biaya produksi. Menurut dia, untuk memproduksi 500 kilogram ikan asin, biasanya hanya dibutuhkan Rp 800 ribu. "Sekarang Rp 1,3 juta," katanya kepada Tempo, Selasa, 11 Oktober 2016.
Terhambatnya produksi juga membuat pengiriman ikan asin ke beberapa daerah terhambat. Dalam sepekan, Gunaryo biasanya mengirim empat kali, tapi kini hanya mengirim dua kali. "Sekali kirim sekitar 4 ton," katanya, yang biasanya memasok ikan asin ke berbagai daerah di Jawa Barat, seperti Bandung, Bogor, Cianjur, dan Garut.
Kendati demikian, kata Gunaryo, pasokan ikan asin masih mencukupi. Bulan Oktober ini memasuki masa panen. "Ini memang sudah siklusnya. Tapi tahun lalu biasanya Agustus panen. Sekarang masuk Oktober baru panen," ujarnya.
Baca: Gara-gara Musim Hujan, Inflasi 2017 Diperkirakan Naik
Menurut Gunaryo, terhambatnya produksi tidak mempengaruhi harga jual. Sebab, pasokan ikan yang masuk masih cukup. "Tingginya biaya produksi masih tertutup pasokan yang melimpah," katanya.
Harga ikan asin jenis layang sekitar Rp 18 ribu per kilogram, tanjan Rp 6 ribu per kilogram, ikan layur Rp 35 ribu per kilogram, ikan gentong Rp 32 per kilogram, dan ikan tenggiri Rp 40 ribu per kilogram.
Kondisi yang sama dialami pengusaha pengolahan ikan asin, Kiki. Menurut dia, produksi ikan asin turun akibat cuaca buruk. "Kalau hujan, tidak bisa menjemur," tuturnya. Hal itu mengakibatkan dia kesulitan memenuhi pesanan. "Biasanya saya kirim ke Bandung, Bogor, dan Jakarta," katanya.
MUHAMMAD IRSYAM FAIZ