TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia masih mengimpor bahan baku susu segar untuk olahan. Sebab, pasokan bahan baku lokal baru mencapai 798 ribu ton dari kebutuhan 3,8 juta ton. "Selebihnya masih diimpor dalam bentuk skim milk powder, anhydrous milk fat, dan butter milk powder dari berbagai negara, seperti Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Uni Eropa," kata Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto lewat siaran pers di Jakarta, Senin, 10 Oktober 2016.
Menurut Panggah, hal tersebut merupakan peluang sekaligus tantangan bagi usaha peternakan sapi perah di dalam negeri untuk meningkatkan produksi dan mutu susu segar, sehingga secara bertahap kebutuhan bahan baku susu untuk industri dapat dipenuhi dari dalam negeri.
Di samping itu, tingkat konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia saat ini rata-rata 12,10 kilogram per tahun setara susu segar.
Tingkat konsumsi tersebut masih di bawah negara-negara ASEAN lain, seperti Malaysia yang mencapai 36,2 kilogram per tahun, Myanmar 26,7 kilogram per tahun, Thailand 22,2 kilogram per tahun, dan Filipina 17,8 kilogram per tahun.
Menurut Panggah, masih rendahnya tingkat konsumsi per kapita tersebut menunjukkan bahwa pasar untuk industri pengolahan susu ini masih sangat terbuka. "Hal ini tentunya menjadi peluang usaha peternakan sapi perah dan koperasi susu untuk meningkatkan produksi susu segar yang berkualitas dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku susu bagi industri,” ujarnya.
Baca Juga:
ANTARA