TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara memprediksi, pada 2017, perekonomian Indonesia akan tumbuh sekitar 5,5 persen. "Tahun ini tumbuh 5,0 persen, tahun depan diperkirakan mencapai 5,1-5,5 persen," kata Mirza pada saat membuka acara temu wartawan daerah di Jakarta, Senin, 10 Oktober 2016.
Namun pertumbuhan itu sangat bergantung pada pemulihan harga komoditas, seperti sawit, karet, dan batu bara. "Harga komoditas kita sangat bergantung pada perekonomian Cina," ucapnya.
Menurut Mirza, pertumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya Pulau Sumatera dan Kalimantan, sangat bergantung pada harga komoditas. Tingkat ketergantungan yang tinggi itu terlihat dari anjloknya pertumbuhan ekonomi dua daerah itu pada 2014 dan 2015, saat harga komoditas sawit dan karet turun drastis.
“Meski harga komoditas masih jauh (lebih rendah) dibanding pada 2010 dan 2011, setidaknya itu lebih baik dibanding harga pada 2014 dan 2015.” Jadi pertumbuhan ekonomi Sumatera dan Kalimantan terdongkrak ke level 5,0 persen.
Selain itu, stabilitas kurs dan keberhasilan dunia usaha menjadi faktor penting pendorong pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia menilai kurs dan dunia usaha telah membaik mulai pertengahan tahun ini.
Mirza menyebutkan dunia usaha sudah mulai percaya diri. “Salah satunya karena telah berjalannya tax amnesty yang terbilang sukses pada periode pertama.”
PHESI ESTER JULIKAWATI