TEMPO.CO, Jakarta - Cadangan devisa Indonesia akhir September 2016 meningkat dibanding bulan sebelumnya. Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan amnesti pajak menjadi salah satu faktor pendorongnya.
Josua berujar, amnesti pajak memberikan sentimen positif kepada pasar keuangan, khususnya menjelang akhir periode pertama, yaitu September 2016. Uang tebusan dan repatriasi aset saat itu terus meningkat serta mendorong portofolio investasi.
"Ini mengindikasikan potensi surplus neraca pembayaran yang akhirnya merefleksikan peningkatan cadangan devisa," ucap Josua saat dihubungi, Sabtu, 8 Oktober 2016.
Josua menuturkan langkah Bank Indonesia (BI) menyerap dolar dari pasar meningkatkan cadangan devisa September. BI melelang SBBI valas serta FX swap untuk mendorong likuiditas rupiah di pasar.
Posisi cadangan devisa Indonesia akhir September tercatat sebesar US$ 115,7 miliar. Jumlahnya meningkat dari Agustus sebesar US$ 113,5 miliar. Cadangan devisa cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Jumlahnya juga berada di atas standar kecukupan internasional, yaitu sekitar tiga bulan impor.
"Peningkatan cadangan devisa juga akan memberikan confidence bagi investor di pasar keuangan," ujar Josua.
Josua memprediksi cadangan devisa hingga akhir tahun akan meningkat. Rupiah menguat selama September, yaitu sebesar 0,4 persen ke level 13.110 per dolar Amerika Seikat. Capital inflow di pasar obligasi pun mencapai US$ 1,2 miliar.
Amnesti pajak pun menjadi sentimen positif bagi cadangan devisa. Josua mengatakan belum semua pencapaian repatriasi aset dialihkan ke rupiah.
Josua mengatakan, pada November dan Desember, terdapat kegiatan yang berpotensi mendorong gejolak di pasar keuangan emerging market, seperti pemilihan Presiden Amerika Serikat serta FOMC.
"Namun kuatnya inflow pada pasar keuangan karena amnesti pajak akan tetap mendorong kuatnya cadangan devisa hingga akhir tahun," tuturnya.
VINDRY FLORENTIN