TEMPO.CO, Jakarta - Analis ekonomi dari First Asia Capital, David Sutyanto, memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini menguat hingga ke level 5.470. "Penguatan lanjutan harga minyak mentah akan menjadi katalis positif bagi pergerakan saham-saham sektor energi, terutama batu bara," ucap David dalam pesan tertulisnya Kamis, 6 Oktober 2016.
Penguatan IHSG ini di antaranya karena terimbas koreksi bursa regional dan penguatan harga minyak mentah. Bursa saham Wall Street tadi malam berhasil rebound setelah mengalami koreksi selama dua hari perdagangan sebelumnya. Indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 0,62 persen dan 0,43 persen pada 18281,03 dan 2159,73.
David menjelaskan, penguatan di Wall Street terutama ditopang data aktivitas sektor jasa di Amerika Serikat pada September lalu, yang tumbuh di atas perkiraan. "Ini tercermin dari indeks ISM Non-Manufacturing PMI September 2016 yang naik ke 57,1, di atas perkiraan pada 53,1 dan angka indeks bulan sebelumnya 51,4," ujarnya.
Selain itu, harga minyak mentah tadi malam melanjutkan penguatannya hingga hampir US$ 50 per barel, yang turut mengangkat saham-saham sektor energi di Wall Street. Meredanya kekhawatiran kenaikan bunga di Amerika Serikat dan penghentian program stimulus di kawasan Uni Eropa berhasil mengangkat kembali minat beli di aset berisiko.
Pada perdagangan saham kemarin, bursa didominasi tekanan jual seiring meningkatnya risiko pasar saham global dan kawasan Asia. IHSG ditutup terkoreksi 51,66 poin (0,94 persen) pada 5.420,648.
Pada saat bersamaan, indeks The MSCI Emerging Market kemarin sore terkoreksi 0,3 persen. Pasar saham global dan kawasan Asia kemarin dikhawatirkan dengan spekulasi dihentikannya program stimulus ECB dalam bentuk program QE di Uni Eropa, yang akan berakhir Maret 2017 dan kenaikan tingkat bunga di Amerika akhir tahun ini.
Kondisi ini akan mempengaruhi arus dana global, terutama di pasar emerging market. Hal ini berdampak terhadap penguatan dolar Amerika Serikat atas sejumlah mata uang emerging market dan koreksi di pasar saham.
Hampir seluruh saham sektoral terkoreksi. Koreksi pada sejumlah harga komoditas logam dan perkebunan juga menambah tekanan jual pada saham sektoral, yang berbasiskan tambang logam dan perkebunan.
DESTRIANITA