TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan pihaknya masih meneliti penyebab dan menghitung kerugian akibat kebakaran penyimpanan aspal di area Refinery Unit IV Cilacap. "Kebakaran terjadi saat tangki aspal sedang dikosongkan," kata Dwi di kompleks DPR, Jakarta, Rabu, 5 Oktober 2016.
Aspal yang berbentuk padat dikeluarkan dengan memanaskan bagian bawah tangki menggunakan pemanas elektrik.
Menurut Direktur Pengolahan Pertamina Achmad Hardadi, tangki setinggi 16,5 meter tersebut dikosongkan untuk perbaikan. "Dikosongkan untuk mengganti pelat di bawah yang rusak, yang perlu perbaikan," ujarnya.
Hardadi menduga tangki terbakar karena panas berlebih. Ia mengatakan kebakaran terjadi saat aspal yang tersisa di dalam tangki setinggi 35 sentimeter. Dengan suplai panas yang tetap dan aspal sebagai penyerap panas sudah berkurang, cairan aspal menjadi terlalu panas. "Karena sifatnya yang hidrokarbon, aspal sampai pada temperatur autoflash," tutur Hardadi. Temperatur tersebut menyebabkan percikan api hingga kebakaran terjadi.
Hardadi mengatakan kebakaran tangki bisa dipadamkan dalam waktu satu jam. Dia menambahkan, tak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
Hartadi memastikan tak ada infrastruktur lain yang rusak akibat tangki terbakar tersebut. "Seluruh operasional RU IV tetap berjalan dan tidak ada potensi gangguan bahan bakar minyak dari kilang tersebut," katanya. Kilang Cilacap yang dikelola Pertamina memasok kebutuhan BBM ke Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Bali, dan Nusa Tenggara.
Kebakaran di kilang Cilacap bukan sekali ini terjadi. Menurut Hardadi, Pertamina telah memastikan seluruh operasi dan keselamatan di kilang Cilacap berstandar internasional. "Kami tidak menoleransi kejadian substandar," ucapnya.
VINDRY FLORENTIN