TEMPO.CO, Jakarta - Enam perusahaan yang menjadi peserta lelang dua wilayah kerja panas bumi milik Chevron lolos ke tahap penawaran harga. Ada 14 perusahaan yang meminta izin untuk membuka data atas dua wilayah kerja panas bumi (WKP) milik Chevron guna dijadikan pertimbangan untuk penawaran harga. Namun, hanya enam perusahaan yang akhirnya resmi mengajukan proposal penawaran harga.
Yunus belum bersedia merinci keenam peserta yang telah lolos tersebut. Setelah pengajuan proposal dilakukan, katanya, Chevron akan mengevaluasi dan pemenang tender ditargetkan diumumkan pada Desember 2016. Dua anak perusahaan Chevron yaitu Chevron Geothermal Indonesia Ltd. mengelola WKP Darajat dan pembangkit dengan kapasitas 240 megawatt (MW) dan Chevron Geothermal Salak Ltd. mengoperasikan WKP Salak berkapasitas 370 MW. Chevron melelang dua aset panas bumi yang terletak di lereng Gunung Salak di Bogor dan Gunung Darajat di Garut.
Sementara itu, pemerintah berharap agar dua wilayah kerja panas bumi itu bisa dikelola oleh perusahaan milik negara. Beberapa perusahaan yang serius berminat terhadap panas bumi milik Chevron tersebut antara lain PT Pertamina (Per- sero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Medco Power Indonesia, Mitsui and Co. Ltd., Marubeni Corporation, dan PT Star Energy. Yunus menambahkan, manajemen Chevron telah menyampaikan kepada pemerintah bahwa pelepasan aset panas bumi perseroan ditargetkan tuntas Januari 2017.
Yunus berharap agar pengalihan aset panas bumi yang saat ini dikelola Chevron tidak menim- bulkan kegaduhan, mulai dari masalah tenaga kerja hingga keberlangsungan operasionalnya. Itu sebabnya Chevron memberikan persyaratan cukup ketat. Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia Abadi Purnomo mengatakan, WKP Salak dan Darajat sebelumnya milik Pertamina yang kemudian dioperasikan oleh Chevron melalui joint operation contract (JOC) dan energy sales contract (ESC) pada 1984.
Pertamina melalui anak perusahaan PT Pertamina Geothermal Energy telah mengoperasikan sejumlah lapangan panas bumi di Indonesia. “PGE mengetahui secara pasti kondisi lapangan karena Chev- ron dalam JOC dan ESC secara rutin melaporkan ke Pertamina. Dan PGE telah mengoperasikan lapangan panas bumi di Indonesia dengan baik selama lebih dari 30 tahun,” ujar Abadi.
Operasi WKP Darajat memasok uap panas bumi ke pembangkit yang mampu menghasilkan lis- trik berkapasitas 270 MW. Sementara itu, WKP Salak yang merupakan salah satu operasi panas bumi terbesar di dunia, memasok uap ke enam unit pembangkit listrik dengan kapasitas 377 MW. “Proses akuisisi, termasuk aset SDM , tidak perlu diragukan kompetensi Pertamina. Beberapa akuisisi Per- tamina terhadap lapangan migas hasilnya cukup baik,” ujarnya.
Menurut Abadi, jika aset panas bumi Salak dan Darajat berhasil dikuasai kembali oleh Pertamina, pemerintah membuktikan komitmen kuat pemerintah dalam pengembangan panas bumi nasional. Sementara itu, manajemen Pertamina menyatakan siap untuk mengambil alih aset-aset panas bumi yang akan dilepas Chevron. “Insya Allah Pertamina siap dari sisi operasional maupun penda- naan untuk mengakuisisi aset geotermal milik Chevron,” kata Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam.
Jika pertamina memperoleh dua aset Chevron itu, katanya, pengelolaan akan diserahkan ke anak usaha perseroan yang ber- gerak di sektor panas bumi. Presiden Direktur PT Star Energy Rudy Suparman menya- takan anak perusahaan Barito Group tersebut lolos ke tahap penawaran harga bersama dengan lima perusahaan lainnya.