TEMPO.CO, Yogyakarta - Puluhan hektare tanaman tembakau di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terpaksa dipanen dini akibat terkena guyuran hujan yang terjadi selama beberapa hari terakhir. "Hujan membuat kualitas tembakau menurun," kata pelaksana tugas Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul Pulung Haryadi di Bantul, Rabu, 5 Oktober 2016.
Menurut dia, total lahan yang ditanami tembakau pada musim tanam 2016 diperkirakan seluas 170 hektare yang tersebar di sejumlah wilayah, di antaranya Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, dan Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri.
Namun, ucap dia, hujan yang mengguyur Bantul karena dampak anomali cuaca mengakibatkan beberapa komoditas pertanian, termasuk tembakau, terkena dampak, karena tanaman ini seharusnya ada di musim kering.
"Musim hujan itu biasanya terjadi pada Oktober, tapi ternyata sejak September sudah hujan terus. Seharusnya kan kering. Ini di luar perkiraan kami, dan khusus untuk tembakau kualitasnya menurun," ucapnya.
Ia berujar, 50 persen dari total luas lahan tembakau tersebut atau sekitar 80 hektare terpaksa dipanen dini karena terkena dampak parah akibat hujan. Sebab, kalau dibiarkan terus-menerus terkena hujan, bisa mengakibatkan gagal panen.
"Itu pun hasil panen tidak maksimal. Dari yang seharusnya atau normalnya bisa enam kali petik sekali panen, rata-rata hanya dua kali. Jadi kerugian petani hampir 70 persen, karena yang dipanen hanya 30 persennya," tuturnya.
Pulung mengatakan, dalam kegiatan pertanian, cuaca sangat mempengaruhi kualitas dan hasil panen. Bahkan lahan tembakau pada musim tanam 2016 yang seluasnya 170 hektare tersebut menurun drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya sekitar 400 hektare.
"Luasannya (lahan tembakau) sudah menurun jauh dari tahun lalu. Ini karena petani takut menanam tembakau karena bingung dengan cuaca. Musim sekarang ini memang seharusnya padi, sehingga kalau tanaman lain jadi seperti ini," ujarnya.
ANTARA