TEMPO.CO, Jakarta - Meski nilai ekspor mengalami penurunan bila dibandingkan tahun lalu, baik per periode bulan Agustus maupun secara akumulatif sepanjang Januari-Agustus, Kamar Dagang dan Industri Indonesia masih optimistis sektor ekspor dapat bertumbuh 500% pada 2025-2030.
Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kadin Indonesia Handito Joewono mengatakan pada tahun ini total ekspor nasional diprediksi mencapai US$150 miliar. Jumlah ini diharapkan dapat terkerek menjadi US$750 miliar dalam sembilan tahun mendatang.
"Peningkatan ekspor 500% itu bukan hanya sekadar jargon tetapi sesuatu yang bisa dipertanggungjawabkan. Kami sudah susun roadmap pengembangan ekspor yang akan dirilis besok untuk nantinya akan diberlakukan secara nasional," katanya dalam jumpa pers tentang "Konferensi Perdagangangan Nasional 2016" di Jakarta, Senin, 26 September 2016.
Dalam roadmap tersebut, ada lima pilar strategi yang disarankan Kadin untuk mengakselerasi pencapaian target. Kelimanya yakni penambahan jumlah eksportir, diversifikasi produk ekspor, pengembangan pasar ekspor, peningkatan harga rata-rata ekspor, serta pengembangan ekosistem ekspor.
Penambahan jumlah eksportir, katanya, harus dilakukan dari dua aspek yakni kuantitas dan kualitas. Targetnya ada ribuan hingga puluh ribuan eksportir baik dari perusahaan yang sudah beroperasi dengan baik maupun calon wirausaha baru yang didorong untuk melakukan usaha bisnis ekspor.
Pihaknya juga akan memfasilitasi pelatihan bagi para pelaku usaha yang sudah mulai melakukan ekspor secara perorangan agar skala dan omzetnya dapat meningkat.
"Kami kerjasama dengan perguruan tinggi di beberapa kota untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas eksportir. Mereka yang akan memformulasikan pendidikan terkait ekspor sehingga programnya dapat berkelanjutan," ujarnya.
Handito juga mengingatkan pentingnya membuka pasar baru sebagai alternatif pasar tradisional. Dia mencontohkan pasar Asean yang potensinya kian kentara sejak pemberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean.
Kinerja ekspor Indonesia Agustus 2016 pada tiga pasar utama di Asean yakni Singapura, Malaysia, dan Thailand menurun masing-masing 0,46%, 14,7% serta 6,09%. Sebaliknya pasar ke enam negara Asean lainnya justru meningkat signifikan sebanyak 13,71% dari US$5.020,8 juta menjadi US$5.709,1 juta.
"Jumlah itu hampir sama dengan total ekspor sepanjang Januari-Agustus ke Singapura. Maka kita boleh berharap ketergantungan ekspor Indonesia ke Singapura akan semakin berkurang dan digantikan oleh ekspor ke negara-negara Asean lain yaitu Filipina, Myanmar, Vietnam, Kamboja, Laos dan Brunei," ujarnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik, total nilai ekspor Indonesia Januari-Agustus 2016 mencapai US$91.730,4 juta, turun 10,61% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 sebesar US$102.616,9 juta.
Sementara itu, Wakil Ketua Kadin Indonesia Bidang Perdagangan Benny Soetrisno meminta agar para duta besar Indonesia bekerjasama dengan para pelaku usaha di Tanah Air dengan lebih aktif menginformasikan peta kebutuhan di tiap-tiap negara.
Menurutnya masih banyak potensi yang dapat diandalkan untuk diversifikasi produk ekspor, seperti kelapa dan buah pala. Selain mendorong ekspor barang, ekspor jasa yang terintegrasi dengan ekspor barang juga perlu ditingkatkan untuk memaksimalkan pertumbuhan ekspor.
"Kalau ekspor barang sebenarnya selalu surplus, tetapi ekspor jasa kita masih selalu minus. Padahal banyak potensi ekspor jasa yang dapat kita lakukan," tuturnya.
Benny mengungkapkan pihaknya mendukung pembukaan restoran, salon, pusat spa hingga gerai ritel dari Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor.
"Kuliner yang sudah dikenal nasi goreng, sate dan rendang. Ke depan kita harus upayakan tiap tahun ada tambah jenis makanan yang harus diperkenalkan secara global seperti soto. Indonesia kalau mau jadi negara eksportir, maka restoran kita perlu ada di mana-mana, seperti yang dilakukan negara eksportir China, Vietnam, Jepang, Korea dan Thailand."
Sebagai langkah pertama untuk akselerasi ekspor, Kadin menggelar Konferensi Perdagangan Nasional 2016 dengan tema Trade and Export For All. Konferensi tersebut bakal diadakan di Smesco pada Selasa, 27 Agustus 2016.
Konferensi ini bakal diisi dengan penandatangan kesepakatan untuk memajukan ekspor produk kuliner, produk UKM serta pemanfaatan ecommerce. "Ini juga bagian dari upaya mencetak 1.000 eksportir baru dari kalangan perguruan tinggi dan UKM," kata Benny.
BISNIS.COM