TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore, 22 September 2016, bergerak menguat sebesar 41 poin menjadi Rp 13.074 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.115 per dolar Amerika Serikat.
Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus, di Jakarta, Kamis, mengatakan, sesuai prediksi pasar, bank sentral Amerika Serikat masih mempertahankan suku bunga. Pernyataan tersebut memberikan tekanan terhadap dolar AS pada mayoritas mata uang dunia. "Bank sentral AS memberikan sinyal suku bunga akan naik satu kali pada 2016," katanya.
Ia menambahkan bahwa melemahnya dolar AS juga memberikan sentimen positif bagi harga minyak mentah dunia, di samping sentimen penurunan persediaan minyak AS.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude menguat 0,93 persen menjadi 45,76 dolar AS per barel dan Brent Crude naik 0,81 persen menjadi 47,21 dolar AS per barel.
Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova, menambahkan bahwa keputusan Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga acuan (7-Day Repo Rate) menjadi 5 persen memberi harapan pertumbuhan ekonomi ke depan.
"Keputusan itu memberikan sinyal positif bagi perekonomian Indonesia yang sedang gencar-gencarnya membangun infrastruktur," ujarnya.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini memutuskan menurunkan BI 7-Day Repo Rate sebesar 25 basis points (bps) dari 5,25 persen menjadi 5,00 persen.
Adapun dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini, tercatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp 13.098 dibandingkan hari sebelumnya, Rabu, 21 September 2016, sebesar Rp 13.148.
ANTARA