TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ida Bagus Putera Parthama meyakini, volume produksi kayu hutan tanaman industri (HTI) pada paruh kedua 2016 bisa empat kali lipat dibandingkan statistik semester pertama.
Pada semester I/2016 kayu hutan tanaman industri baru tercapai 8,55 juta meter kubik atau 21% dari target. Namun kementrian optimistis produksi pada tahun ini bisa mencapai 40,82 juta meter kubik.KLHK masih menunggu rekapitulasi data dari pelaku usaha hutan tanaman industri yang memproduksi kayu untuk bubur kertas dan kertas.
“Nanti, begitu dilaporkan semua produksi dari HTI bubur kertas dan kertas, langsung 30 juta sekian meter kubik, maka bisa memenuhi target,” katanya, Rabu, 14 September 2016.
“Tapi untuk data kayu pertukangan tidak termasuk produksi Perum Perhutani yang bisa mencapai 1 juta meter kubik per tahun.” KLHK mencatat unit manajemen atau pemegang konsesi HTI yang melaporkan rencana kerja tahunan mencapai 286 perusahaan. Keseluruhan perusahaan memegang hak konsesi seluas 10,8 juta hektare dengan penanaman baru tahun ini seluas 102.300 ha.
Dihubungi terpisah, Ketua Bidang Produksi Hutan Tanaman Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Nana Suparna memprediksi, produksi kayu HTI tahun ini hanya akan mencapai 30 juta meter kubik atau sebesar 73%. Bahkan, menurut dia, bila digabungkan dengan produksi hak pengusahaan hutan (HPH) pun produksi kayu total mustahil menyentuh 40 juta meter kubik.
“Saya tidak melihat ada alasan realisasi produksi tahun ini meningkat baik HTI maupun HPH. Jika tidak berkurang saja dengan tahun lalu sudah bagus,” katanya kepada Bisnis . Nana membeberkan salah satu alasannya adalah karena pada akhir 2015 hingga awal tahun ini ada beberapa perusahaan HTI yang dibekukan karena lahan konsesi mereka terbakar.
Di sisi lain, dalam jangka menengah produksi sulit digenjot karena pemerintah telah melarang pembukaan lahan baru di kawasan gambut. “Bagaimanapun produk- si terbanyak hutan tanaman dari HTI gambut,” ujar Nana.
Sementara itu, Putera menyebutkan tren permohonan izin usaha baru HTI ke depan terus menurun. Per semester 1/2016 misalnya, baru dua proposal izin yang masuk. Kondisi ini sejalan dengan visi Presiden Joko Widodo—Jusuf Kalla untuk tidak lagi membuka lahan untuk ekspansi kegiatan usaha. Namun, imbuh Putera, peme- rintah tetap mendorong unit-unit manajemen HTI untuk meningkatkan produktivitas tanaman.
“Peta jalan ini disusun KLHK dan APHI untuk membangkitkan kejayaan industri perkayuan di Indonesia,” katanya. Dalam peta jalan itu, APHI memprediksi hingga 2025 investasi di sektor indutri kehutanan akan mencapai Rp1.778,33 triliun dan menyerap 9,34 juta tenaga kerja. Rinciannya Rp215,9 triliun untuk pembangunan HTI dan Rp1.562,4 triliun di sektor peng- olahan.
Investasi di hilir seperti pengembangan dan operasional industri bubur kertas dan kertas, kayu lapis, kayu pertukangan, bioenergi, dan mebel.