TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan rupiah menguat (terapresiasi) hingga 5,2 persen year to date hingga 9 Agustus 2016. Rupiah berada di level 13.100 per dolar Amerika.
Menurut Perry, stabilnya kurs rupiah dipengaruhi sentimen positif dari dalam negeri. "Apresiasi rupiah dipengaruhi persepsi positif ekonomi domestik dan stabilitas ekonomi makro kita," kata dia di gedung DPR, Jakarta, Selasa, 13 September 2016. Implementasi Undang-Undang Pengampunan Pajak pun menjadi sentimen positif.
Perry memprediksi penguatan rupiah berlanjut hingga akhir tahun. Sebanyak Rp 160 triliun modal asing yang masuk ke Indonesia telah mendorong apresiasi rupiah. Menurut dia, dana tersebut mengalir ke obligasi negara dan korporasi, portofolio investasi, juga saham.
Dia mengatakan rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika (Fed Fund Rate) tak akan menggoyang rupiah. Sebab, rencana itu sudah diprediksi pasar. Para pelaku pasar sudah memperhitungkan kenaikan dalam pergerakan kurs rupiah.
Rupiah sempat melemah saat Bank Sentral Eropa memutuskan tak mengubah kebijakannya. "Tapi sesaat terjadi pelemahan rupiah di investor asing baik saham maupun Surat Berharga Negara hanya masalah biasa," ucap Perry.
VINDRY FLORENTIN