TEMPO.CO, Jakarta - Pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG diperkirakan bergerak bervariasi dalam rentang terbatas rawan koreksi.
Menurut Analis Ekonomi First Asia Capital David Sutyanto, rawan koreksi itu menyusul minimnya insentif di pasar. IHSG diperkirakan bergerak dengan support 5.340 dan resisten di 5.385.
"Pelaku pasar cenderung wait and see menanti sejumlah isu makro yang masih menggantung, terutama efektivitas target perolehan program tax amnesty menjelang akhir September," ujar David dalam pesan tertulisnya, Selasa, 6 September 2016.
Di sisi lain, sentimen positif terutama dipicu dari sejumlah insentif sektoral seperti sektor properti dan penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang saat ini berada di bawah Rp 13.200.
Pada perdagangan kemarin, penguatan IHSG tertahan aksi ambil untung di sesi dua. IHSG yang sempat menguat 36 poin di penutupan sesi pertama, akhirnya ditutup hanya menguat 3,49 poin (0,06 persen) di 5.356,954.
"Pemodal cenderung bermain dalam pola trading di tengah tipisnya nilai trasaksi di pasar reguler yang hanya mencapai Rp 4,6 triliun," kata David.
Penguatan terbatas IHSG kemarin terutama ditopang aksi beli atas saham pertambangan, perkebunan, dan aneka industri. Redanya kekhawatiran kenaikan tingkat bunga di AS pada pertemuan FOMC September ini, setelah data tenaga kerja AS yang keluar akhir pekan lalu kurang menggembirakan, menjadi sentimen positif di pasar saham yang menggerakkan aksi beli pemodal.
Sementara Wall Street tadi malam libur memperingati Hari Buruh. Di kawasan Euro, indeks saham Eurostoxx ditutup koreksi tipis 0,07 persen di 3.077,66. Harga minyak mentah tadi malam menguat 4,66 persen di US$ 45,17 per barel, merespon pernyataan bersama antara Arab Saudi dengan Rusia yang akan kerjasama menstabilkan pasar minyak. Pernyataan ini dibuat di sela pertemuan G20 di Cina.
DESTRIANITA