TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyambut positif deflasi yang terjadi pada Agustus 2016 sebesar 0,02 persen. Namun, menurut Sri, ada sejumlah hal yang perlu diwaspadai terkait dengan deflasi itu.
"Deflasi bukan karena harga turun, melainkan permintaan melemah," ujar Sri dalam rapat kerja bersama Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 1 September 2016.
Sri mengatakan masyarakat mulai mengatur dan menahan kembali pengeluaran atau pola konsumsinya setelah banyak melakukan pengeluaran selama Ramadan dan Lebaran lalu. "Deflasi Lebaran itu musiman."
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mengumumkan, pada Agustus 2016, terjadi deflasi sebesar 0,02 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) 125,13.
Menurut BPS, deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran.
Indeks tersebut di antaranya kelompok bahan makanan 0,68 persen serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 1,02 persen.
Adapun kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi adalah kelompok bahan makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,41 persen. Selanjutnya kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,41 persen.
Kelompok sandang 0,40 persen; kesehatan 0,39 persen; serta pendidikan, rekreasi, dan olahraga 1,18 persen.
Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga pada Agustus di antaranya tarif angkutan antarkota, tarif angkutan udara, daging ayam ras, wortel, tomat sayur, jeruk, bawang merah, beras, daging sapi, bayam, apel, pepaya, tomat buah, bawang putih, gula pasir, tarif kereta api, dan tarif pulsa telepon seluler.
GHOIDA RAHMAH