TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi pasar saham global kembali kondusif. Namun, potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih akan terjadi. Akibatnya, pasar cenderung berhati-hati pada perdagangan hari ini.
Analis ekonomi dari First Asia Capital David Sutyanto mengatakan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada perdagangan hari ini diperkirakan bergerak bervariasi dan masih berpeluang mengalami koreksi. "IHSG diperkirakan bergerak di support 5330 hingga resisten di 5410," ujar David Sutyanto dalam pesan tertulisnya, Selasa, 30 Agustus 2016.
Pada perdagangan Senin kemarin, IHSG melanjutkan koreksinya, dipicu meningkatnya risiko pasar saham global dan minimnya insentif dari domestik. IHSG ditutup terkoreksi 68,067 poin (1,25 persen) di 5370,764. Ini merupakan posisi penutupan IHSG terendah dalam dua pekan terakhir, sejak perdagangan 16 Agustus 2016.
Pelaku pasar, kata David, khawatir dengan risiko pembalikan arus dana asing, menyusul menguatnya kemungkinan kenaikan tingkat bunga di AS pada pertemuan The Fed September mendatang.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kemarin melemah 0,25 persen di Rp 13275. Pada perdagangan kemarin, nilai transaksi di Pasar Reguler menyusut menjadi Rp 4,87 triliun dibandingkan rata-rata harian selama pekan kemarin sebesar Rp 5,36 triliun. Pemodal asing pada perdagagan kemarin cenderung keluar dari pasar tercermin dari penjualan bersih mencapai Rp 151,40 miliar. Seluruh saham sektoral mengalami tekanan jual.
Koreksi IHSG kemarin sejalan dengan koreksi yang umumnya terjadi di pasar saham emerging market sebagaimana tercermin dari indeks saham The MSCI Emerging Market kemarin koreksi 0,6 persen.
Sementara Wall Street tadi malam berhasil rebound setelah koreksi selama tiga hari perdagangan sebelumnya. Indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 0,58 persen dan 0,52 persen di 18502,99 dan 2180,38. Pasar merespon positif data pengeluaran konsumsi yang meningkat di AS. Pengeluaran pribadi di AS Juli lalu naik 0,3 persen (mom).
Ini merupakan kenaikan bulanan untuk bulan keempat berturut-turut. Pendapatan warga di AS Juli lalu juga naik 0,4 persen sesuai estimasi sebelumnya. Dolar AS cenderung menguat merespon hal tersebut dan membuat harga minyak mentah koreksi 1,45 persen di US$ 46,95 per barel.
DESTRIANITA