Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pelindo I-IV Matangkan Pengambilalihan Pelabuhan UPT

Editor

Saroh mutaya

image-gnews
Pelabuhan Tarempa di Kepulauan Anambas di Provinsi Kepulauan Riau, 14 Agustus 2016. Pelabuhan Tarempa akan ditetapkan sebagai pelabuhan keluar masuk bagi kapal pariwisata (Yacht) asing. Tempo/Rina Widiastuti
Pelabuhan Tarempa di Kepulauan Anambas di Provinsi Kepulauan Riau, 14 Agustus 2016. Pelabuhan Tarempa akan ditetapkan sebagai pelabuhan keluar masuk bagi kapal pariwisata (Yacht) asing. Tempo/Rina Widiastuti
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - BUMN pelabuhan tengah mematangkan pemetaan untuk mengambilalih operasi sejumlah pelabuhan pemerintah yang berstatus Unit Pelayanan Teknis (UPT) dalam waktu dekat.

Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III Orias P. Moedak mengatakan berdasarkan pemetaan pihaknya hanya akan mengambilalih pelabuhan UPT yang bersinggungan dengan wilayah kerja pelabuhan-pelabuhan milik perusahaan.

"Pelindo III hanya akan mengambil (pelabuhan) yang memang kami ada di sana. Kalau tidak ada, saya tidak mau ambil," ujarnya, Senin (29 Agustus 2016).

Alasannya, dia mengaku perusahaan sudah memiliki tenaga kerja yang cukup di sana sehingga tidak perlu menambah SDM baru untuk tempat yang baru. Selain itu, pengawasan terhadap pelabuhannya akan lebih mudah.

Berdasarkan pemetaan, Pelindo III akan mengajukan proposal pengambilalihan operasi di beberapa pelabuhan a.l. Probolinggo, Celukan Bawang, Bima, Maumere, Ende, Kupang, Kalabahi, Lembar dan Waingapu.

Lebih lanjut, dia mengaku tidak ada pelabuhan UPT di Kalimantan yang akan diambilalih. Berkaitan dengan model bisnis, dia mengatakan Pelindo III ingin sistemnya berupa bagi hasil dengan pemerintah atau kerjasama pemanfaatan (KSP).

"Kita ingin bagi hasil bukan bayar sewa," tegasnya kepada Bisnis.

Namun, keinginan tersebut masih harus dibicarakan lebih lanjut dengan Kementerian Perhubungan.

Sementara itu, Direktur utama Pelindo I Bambang Eka Cahyana mengaku perusahaannya sudah menetapkan untuk mengambilalih dua pelabuhan tahun ini.

"Sudah kami putuskan bahwa Pelindo I ambil dua pelabuhan UPT yaitu Pelabuhan Calang di Aceh dan Tanjung Buton di Riau," ujarnya dalam pesan singkat kepada Bisnis.

Atas keputusan tersebut, dia menegaskan Pelindo I telah siap mengoperasikan dua pelabuhan UPT tersebut dalam waktu dekat, yakni kurang dari tiga bulan.

Untuk pelabuhan UPT lain, dia belum bisa mengungkapkan karena perlu proses dan waktu yang lebih lama untuk pengambilalihannya. "Yang lain perlu waktu atau baru bisa dioperasikan tahun depan," katanya.

Pelindo II mengaku sudah mempertimbangkan mengambilalih pengoperasian sekitar empat sampai lima pelabuhan UPT. Direktur Utama PT Pelindo II Elvyn G. Massasya mengatakan pihaknya tengah melakukan peninjauan atas rencana mengelola pelabuhan yang ada di tangan Kementerian Perhubungan.

Menurutnya, setelah peninjauan selesai barulah Pelindo II akan mengajukan pelabuhan mana saja yang akan diambilalih operasinya.

"Akan segera kita ajukan kepada Kemenhub, pelabuhan apa saja yang kita bisa kelelola. Salah satunya, misalnya, di Kalimantan Barat itu nama pelabuhan Sintete. Kita juga akan mengusulkan untuk mengelola pelabuhan Tanjung Batu dan beberapa pelabuhan pelabunan lain. Totalnya ada empat sampai lima pelabuhan," ujarnya selepas kunjungan Menteri Perhubungan ke Pelabuhan Tanjung Priok, Sabtu (27 Agustus 2016).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Adapun selain pelabuhan tersebut, Elvyn mengungkapkan Pelindo II juga tertarik untuk masuk dan mengelola satu pelabuhan di Batam yang menjadi wilayah BP Batam.

Terkait bisnis model yang akan diambil, dia mengaku pihaknya masih harus mengkaji lagi lebih dalam karena ketika Pelindo II masuk ke pelabuhan tersebut maka perusahaan harus menanamkan modal untuk pengadaan alat.

"Ketika kita masuk di sana kita harus mengadakan peralatan. Kebutuhan peralatan ini tentu harus disesuaikan dengan lokasi pelabuhannya," paparnya.

Secara umum, dia melihat sistem sewa menjadi pilihan model bisnis kerjasama yang paling memungkinkan dalam pengambilalihan operasional pelabuhan pemerintah ini. "Ya kalau sewa, kita bisa lihat prospek ke depannya bagaimana."

Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan Cris Kuntadi mengatakan pelabuhan UPT yang akan dikerjasamakan dengan BUMN adalah pelabuhan yang tidak memiliki Unit Pengelola Pelabuhan (UPP).

"Jadi ada KSOP. Misalnya, KSOP di Bima, dia regulator tapi punya dermaga juga yang sebelahnya ada Pelindo III. Daripada kita keluar cost yang besar, sementara pendapatan sebatas regulasi. Itu yang akan kita tawarkan," ujarnya.

Dia mengatakan model bisnis tepat untuk situasi ini adalah kerjasama pemanfaatan (KSP). Dengan sistem ini, maka BUP BUMN harus membagi hasil pendapatan mereka. Contoh lain, Di Ambon, Pelindo IV memiliki dermaga yang bersebelahan dengan dermaga milik pemerintah. Padahal Hak Penggunaan Lahan (HPL) dermaga tersebut dimiliki oleh Pelindo IV.

Untuk kasus ini, Kementerian Perhubungan masih harus mempertimbangkan lebih lanjut model bisnisnya. Sejauh ini, dia memaparkan ada dua opsi, yakni Penyertaan Modal Negara (PMN) atau KSP. Dengan model PMN, pihak Pelindo tidak perlu membayar sewa dan bagi hasil kepada pemerintah. Namun, dia menegaskan dua model bisnis ini tetap mensyaratkan BUP BUMN untuk membayar biaya konsesi sebesar 2,5% dari pendapatan kotor pelabuhan tersebut.

Sejauh ini, dia mengaku Pelindo IV telah mengirim surat kepada Kementerian Perhubungan untuk membicarakan model bisnis bagi pelabuhan di Ambon tersebut. "Mereka sih lebih senang aset-aset itu di-KSP-kan," ujarnya.

Sekjen Kementerian Perubungan Sugihardjo menuturkan model bisnis pengambilalihan operasi ini harus dikaji lebih dalam dengan BPK.

Dengan demikian, dia menuturkan perlahan Kementerian Perhubungan hanya akan fokus sebagai regulator dan mengoperasikan pelabuhan kecil yang belum diminati.

"Pelabuhan mana yang mau dikelola swasta dan mana yang mau dikelola Pelindo, ini sedang digarap. Sekarang bagaimana kita memetakan bersama-sama melihat kelayakan lokasi, aspek finansial dan aspek legalnya," tegasnya, Jumat (26 Agustus 2016).

BISNIS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pansus DPR Minta KPK dan Polri Lanjutkan Proses Hukum Pelindo II

26 Juli 2019

Mantan Direktur Utama PT Pelindo II Richard Joost (RJ) Lino didampingi pengacaranya Maqdir Ismail (kiri) saat berada di ruang tunggu sebelum menjalani pemeriksaan oleh penyidik di Gedung KPK, 5 Februari 2016. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Pansus DPR Minta KPK dan Polri Lanjutkan Proses Hukum Pelindo II

Pansus Pelindo II juga meminta Presiden Jokowi menggunakan hak prerogatifnya untuk memberhentikan Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno.


KPK Janji Bentuk Tim Gabungan Tangani Laporan Pansus Pelindo II

17 Juli 2017

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo menghadiri rapat dengar pendapat Komisi VII DPR RI membahas potensi kerugian negara pada sektor energi, pertambangan, dan migas di Gedung Nusantara I, Komplek DPR/MPR, Jakarta, Rabu, 26 Oktober 2016. TEMPO/DENIS RIANTIZA
KPK Janji Bentuk Tim Gabungan Tangani Laporan Pansus Pelindo II

Ketua KPK Agus Rahardjo berjanji membentuk tim gabungan menindaklanjuti laporan hasil audit investigatif yang diserahkan Pansus Pelindo II hari ini.


Pansus Pelindo II Serahkan Hasil Audit Investigatif ke KPK

17 Juli 2017

Ketua Pansus Pelindo II, Rieke Dyah Pitaloka tiba di Kantor KPK didampingi Darmadi dari fraksi PDI-Perjuangan, dan Daniel Johan dari fraksi PKB untuk memberikan laporan BPK hasil audit investigatif, 17 Juli 2017. Tempo/Meidika
Pansus Pelindo II Serahkan Hasil Audit Investigatif ke KPK

Kasus korupsi pengadaan crane Pelindo II terus berlanjut dan Ketua Pansus Pelindo II, Rieke Dyah Pitaloka menyerahkan hasil audit investigatif ke KPK.


Pansus Pelindo II Bidik Kasus Kerugian Negara di Obligasi  

12 Juli 2017

Ketua Pansus Pelindo II Rieke Diah Pitaloka (kanan) menyerahkan laporan sementara Pansus Pelindo II kepada Ketua Rapat sidang Paripurna ke 14 Agus Hermanto (tengah) didampingi Wakil Ketua Rapat Taufik Kurniawan (kiri) saat sidang Paripurna ke 14 di komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, 17 Desember 2015. ANTARA FOTO
Pansus Pelindo II Bidik Kasus Kerugian Negara di Obligasi  

Pansus Pelindo II menelisik kerugian negara dari penerbitan obligasi global senilai Rp 20 triliun.


Tersandung Kasus, Kerja Sama Pelindo II dan Hutchinson Berlanjut  

12 Juli 2017

Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Menlu Retno Marsudi (kedua kiri) dan Dirut Pelindo II Elvyn G. Masassya (kanan) memeriksa bantuan kemanusiaan yang akan dikirim untuk pengungsi Rohingya dan Rakhine di Dermaga III Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, 29 Desember 2016. Jokowi melepas sebanyak 10 kontainer yang berisi mi instan, terigu, biskuit, makanan bayi, sarung dan selimut untuk pengungsi Rohingnya dan Rakhine di Myanmar. ANTARA FOTO
Tersandung Kasus, Kerja Sama Pelindo II dan Hutchinson Berlanjut  

Dalam hasil auditnya, BPK menyatakan kerja sama pengelolaan JICT antara Pelindo II dan Hutchinson merugikan negara Rp 4,08 triliun.


Temuan BPK, Pansus Pelindo II Minta Kementerian Tanggung Jawab

13 Juni 2017

Anggota Komisi IX DPR RI, Rieke Dyah Pitaloka. Tempo/Tony Hartawan
Temuan BPK, Pansus Pelindo II Minta Kementerian Tanggung Jawab

Pansus Pelindo II meminta Menteri BUMN bertanggung jawab atas hasil investigasi Badan Pemeriksa Keuangan.


Rapat dengan Kapolri, DPR Tanya Kasus Jessica dan Siyono

20 April 2016

Kapolri Jendral Polisi Badrodin Haiti. TEMPO/Frannoto
Rapat dengan Kapolri, DPR Tanya Kasus Jessica dan Siyono

Kepala Polri Badrodin dicecar pertanyaan kasus yang menarik perhatian publik, seperti dugaan korupsi PT Pelindo II, kasus Jessica, dan penyanderaan WNI oleh Abu Sayyaf.


Tersangka Pelindo II Penuhi Panggilan Bareskrim  

14 Maret 2016

Unit harbour mobile crane (HMC) milik Pelindo II/IPC disegel Polisi di Dermaga 002 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 3 September 2015. Penyegelan alat bongkar muat itu terkait adanya dugaan mark up pengadaan sejumlah alat bongkar muat di lingkungan kerja Pelindo II. Tempo/Tony Hartawan
Tersangka Pelindo II Penuhi Panggilan Bareskrim  

Haryadi memilih menyerahkan semua pernyataannya kepada pengacara.


Jadi Tersangka Pelindo II, Ini Peran Adik Bambang Widjojanto  

8 Maret 2016

Gedung PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II cabang Tanjung Priok, Jakarta Utara. TEMPO/Subekti
Jadi Tersangka Pelindo II, Ini Peran Adik Bambang Widjojanto  

Haryadi Bambang Kuncoro, adik mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi pengadaan mobile crane Pelindo II.


Bareskrim Tetapkan Tersangka Baru Korupsi Pelindo II  

8 Maret 2016

Unit harbour mobile crane (HMC) milik Pelindo II/IPC disegel Polisi di Dermaga 002 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 3 September 2015. Penyegelan alat bongkar muat itu terkait adanya dugaan mark up pengadaan sejumlah alat bongkar muat di lingkungan kerja Pelindo II. Tempo/Tony Hartawan
Bareskrim Tetapkan Tersangka Baru Korupsi Pelindo II  

Bareskrim Mabes Polri menetapkan tersangka baru kasus dugaan korupsi pengadaan 10 unit mobile crane PT Pelindo II.