TEMPO.CO, Bojonegoro - Sejumlah warga di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, sudah punya pilihan lain jika harga rokok benar-benar naik. Alternatifnya, membeli tembakau rajangan dan merokok dengan “tingwe” alias ngelinting dewe alias membuat rokok sendiri.
“Saya kembali ke rokok tingwe,” ujar Sukidi, warga Bendo, Kecamatan Kapas, Bojonegoro, kepada Tempo, Rabu, 24 Agustus 2016. Dia mengomentari wacana harga rokok Rp 50 ribu yang menjadi kontroversi.
Istilah “tingwe” sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi warga di kabupaten ini. Rokok tingwe sudah lama ada, terutama bagi warga yang tinggal di pedesaan. Proses pembuatannya sederhana. Tembakau rajangan kering diberi saus—semacam cairan campuran rokok. Kemudian, tembakau juga dicampur dengan cengkeh dan dilinting dengan kertas atau daun jagung kering.
Tingwe sempat ditinggalkan warga setelah banyak beredar pelbagai sajian rokok pabrikan. Tapi, begitu muncul isu harga rokok naik hingga Rp 50 ribu per bungkus, tingwe sebagai alternatif menjadi pembicaraan. Harganya murah dan mempunyai pelbagai jenis tembakau.
Baca: Berkat Berhenti Merokok, Pria Yogyakarta Ini Bisa Naik Haji
Bahan baku rokok tingwe kini memang sudah langka. Sebab, sejumlah toko yang menjual khusus tembakau rajangan, saus, dan cengkeh sudah jarang. Kini yang ada hanya berupa tembakau rumahan yang dikeringkan dan kemudian menjadi campuran untuk rokok. Jadi, kalaupun ada bahan baku tembakau rajangan berikut cengkeh, mesti dipesan dulu. “Masih ada, tapi sudah jarang,” kata Sukidi.
Kepala Dinas Perhutanan dan Perkebunan Kabupaten Bojonegoro Nuzulul Hudaya mengatakan rokok tingwe sudah banyak ditinggalkan penggemarnya. Kalaupun ada, itu pun komunitas warga pedesaan, petani, dan di perkebunan. "Sedangkan jenis tembakaunya, seperti klembak jowo dan tembakau virginia," tuturnya.
Bungkusnya berasal dari daun jagung yang dikeringkan. Bahkan, di Bojonegoro, 15-25 tahun silam, rokok ini sudah terkenal dengan sebutan rokok “klobot”.
Baca: Harga Rokok Rp 50 ribu, Ternyata Bukan Usul Kemenperin
Nuzulul mengatakan produksi tembakau di Bojonegoro tahun ini menurun tajam akibat cuaca labil, berupa kemarau basah. Target tanam tembakau seluas 7.000 hektare tahun ini ada kemungkinan hanya terealisasi sekitar 3.500 hektare. Target tanam tembakau ini untuk memenuhi kebutuhan industri rokok di Bojonegoro. Sedangkan jenis yang ditanam adalah tembakau virginia voor oogst dan tembakau grompol jati.
Area penyebaran tembakau di Bojonegoro berpencar-pencar. Seperti di Kecamatan Tambakrejo, Ngraho, Ngambon, Sukosewu, Kepohbaru, Sumberejo, dan sebagian di Kedungadem. Biasanya jenis tembakau virginia yang ditanam petani di Bojonegoro, Tuban, Lamongan, serta di Blora, Jawa Tengah.
SUJATMIKO