TEMPO.CO, Palembang - Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin memandang wacana kenaikan harga rokok merupakan keputusan yang memiliki dampak positif dan negatif. Alex meminta pemerintah harus cermat mencarikan kompensasinya agar jangan sampai terjadi PHK besar-besaran terhadap tenaga kerja di sektor rokok. Sedangkan kepada warganya, ia meminta untuk menghentikan kebiasaan buruk merokok itu.
"Jadi, kalau memang tidak mampu lagi membeli, ya jangan ngerokok lagi," ungkap Alex Noerdin, Selasa, 23 Agustus 2016.
Menurut Alex, pemerintah memang sebaiknya merencanakan kenaikan harga rokok sebesar Rp 50 ribu. Harga tersebut masih jauh lebih murah dibandingkan di negara lain seperti Australia harganya sudah mencapai Rp 200 ribu, dan negara lainnya paling murah antara Rp 130-140 ribu. "Kalau memang naik, ya apa boleh buat. Kalau masih mau merokok, ya beli," ujar dia.
Ia melanjutkan, dari sisi kesehatan, khususnya masyarakat Provinsi Sumatera Selatan juga harus bisa melihat besarnya biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk mengobati orang yang sakit akibat merokok dibanding sektor pajak yang didapat pemerintah melalui cukai rokok. "Coba bayangkan berapa biaya yang dikeluarkan untuk mengobati orang yang sakit akibat merokok."
Sedangkan Ketua DPRD Sumatera Selatan HM Giri Ramanda menilai, untuk mengurangi perokok maupun mencegah peningkatan jumlah perokok, harus dilakukan penaikan harga rokok secara berkala, bukan sekaligus. Namun, kata Giri Ramanda, sejauh ini pihaknya masih melihat sebagaimana kajian dari pemerintah pusat. "Pemerintah pasti akan ada solusi setiap ada persoalan," ujarnya.
PARLIZA HENDRAWAN