TEMPO.CO, Jakarta - Rupiah masih tak berdaya dan terus bergerak melemah. Saat ini rupiah menyentuh area 13.200.
Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan, meski didukung oleh sentimen domestik seperti 7 days reverse repo rate dan optimisme terhadap perbaikan ekonomi, namun pelaku pasar nampak masih concern terhadap ketidakpastian yang terjadi di AS.
Bank Indonesia mulai Jumat 19 Agustus 2016 memberlakukan suku bunga BI 7 Days Reverse Repo. Suku bunga BI 7 Days Reverse Repo Rate ini lebih kecil dibandingkan dengan suku bunga BI Rate. Suku bunga BI Rate 6,25 persen, sedangkan BI 7 Days Reverse Repo Rate ini sebesar 5,25 persen.
"Kini rupiah terus mencari area supportnya dengan support 13.249 dan resisten 13.207. Cermati sentimen yang ada yang mampu mempengaruhi laju rupiah," ujar Reza Priyambada dalam pesan tertulisnya, Selasa, 23 Agustus 2016.
Komentar pejabat The Fed yang cenderung "hawkish" pada konferensi tahunan di pekan ini mampu mengantarkan penguatan dolar AS dan berdampak pada pelemahan mata uang Asia seperti yen, yuan, won, termasuk rupiah.
Komentar “hawkish” terjadi ketika Bank Sentral merasa tekanan inflasi sudah terlalu tinggi sehingga harus diredam dengan cara menaikkan suku bunga atau pengurangan stimulus.
Pelemahan yang dialami mata uang Asia merupakan imbas jangka pendek atas reaksi pelaku pasar terhadap komentar tersebut sehingga berdampak pada adanya tekanan aksi jual para pelaku pasar. "Rupiah pun menjadi sulit keluar dari tekanan sehingga masih cenderung melanjutkan pelemahannya," kata Reza.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah dalam transaksi antar-bank di Jakarta pada Senin sore, 22 Agustus 2016, telah melemah sebesar 54 poin menjadi Rp 13.217 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama dunia setelah Wakil Ketua The Federal Reserve Amerika Serikat Stanley Fischer menyatakan ekonomi Amerika Serikat mendekati target yang diharapkan.
"Sinyal pertumbuhan ekonomi AS akan mendukung kenaikan suku bunga dalam waktu dekat sehingga memberikan sentimen positif bagi dolar AS," kata Ariston.
DESTRIANITA