TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak dunia naik untuk sesi keenam berturut-turut pada Kamis, 18 Agustus 2016, karena pelemahan greenback membuat minyak dalam denominasi dolar Amerika Serikat lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya.
Patokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September naik US$ 1,43 menjadi menetap di US$ 48,22 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sedangkan minyak mentah Brent, yang menjadi patokan global, untuk pengiriman Oktober naik US$ 1,04 menjadi ditutup pada US$ 50,89 per barel di London ICE Futures Exchange menurut warta kantor berita Xinhua.
Harga minyak terus menguat pada Kamis dengan Brent menembus tingkat psikologis US$ 50 per barel setelah data menunjukkan stok minyak mentah Amerika Serikat yang lebih rendah, penutupan pertama di atas US$ 50 dalam hampir dua bulan.
"Brent sudah naik ... ke US$ 50 per barel untuk pertama kalinya sejak awal Juli, mendapat dukungan dari melemahnya dolar AS dan penurunan tak terduga stok minyak mentah dan bensin AS," kata analis dari Commerzbank, Carsten Fritsch, seperti dikutip kantor berita AFP.
Dolar AS menurun terhadap mata uang utama lainnya karena investor percaya bahwa kemungkinan kenaikan suku bunga September menjadi lebih rendah setelah rilis risalah pertemuan Federal Reserve pada Juli.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,59 persen menjadi 94,159 pada akhir perdagangan Kamis, 18 Agustus 2016.
Sedangkan persediaan minyak Amerika Serikat turun 2,5 juta barel pada pekan lalu, mengejutkan analis yang memperkirakan penambahan 522 ribu barel, menurut laporan mingguan Badan Informasi Energi Amerika Serikat pada Rabu.
Minyak diperdagangkan secara internasional dalam mata uang AS. Pelemahan dolar AS meningkatkan permintaan minyak mentah di luar AS.
ANTARA