TEMPO.CO, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG mengakhiri perdagangan pekan kemarin dengan berada di zona merah setelah melanjutkan tren pelemahannya selama satu minggu terakhir. Maraknya persepsi telah mahalnya level IHSG dan kurangnya tenaga pendorong pertumbuhan IHSG untuk meningkat lebih tinggi lagi, serta kembali melemahnya laju rupiah kian menenggelamkan laju IHSG di zona merah.
Kepala Riset dari NH Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan, penguatan IHSG sebenarnya masih mungkin. "Terbukti dari pemain asing yang masih ramai masuk ke pasar Indonesia," ujar Reza dalam pesan tertulisnya, Senin, 15 Agustus 2016.
Namun, kata Reza, salah satu sentimen negatif yang datang dari global terkait data Amerika Serikat yang tidak menentu membuat mayoritas pelaku pasar lokal melakukan aksi jual, terutama di saham-saham bluechip.
“Pelemahan yang terjadi di akhir pekan, merupakan salah satu imbas dari aksi ambil untung pelaku pasar lokal. Padahal pelemahan pada IHSG di tengah pergerakan positif laju bursa saham Asia,” kata Reza.
Reza memperkirakan pada perdagangan hari ini, IHSG akan berada dalam rentang support 5.322-5.354, dan resisten 5.426-5.458. “Laju IHSG pun kami perkirakan akan cenderung melemah tipis dengan asumsi aksi jual dapat terbatas. Cermati sentimen yang ada,” ujarnya.
Pada perdagangan Jumat, 12 Agustus 2016, IHSG ditutup di zona merah, tutup 39,76 poin di level 5.379,33, dari penutupan sebelumnya 5.419,09. Setelah sempat berada di zona hijau, IHSG akhirnya bergerak cenderung melemah tertekan oleh adanya aksi jual setelah bergerak menguat dalam 3 hari terakhir. Pelemahan ini terjadi di tengah cukup positifnya laju bursa saham Asia.
“Aksi profit taking seperti yang kami perkirakan sebelumnya, membuat IHSG untuk sementara waktu cenderung calm down sembari menantikan sentimen selanjutnya,” kata Reza.
Namun di tengah pelemahan IHSG, pelaku pasar asing masih melakukan aksi belinya. Asing kembali mencatatkan net buy, atau aksi beli dari sebelumnya Rp 61,19 miliar menjadi Rp 682,49 miliar. Menurut Reza, upaya Pemerintah memperbaiki perekonomian melalui beberapa bidang hingga kajian terkait penurunan PPh badan serta imbas penguatan bursa saham AS tampaknya belum mampu menghalangi aksi profit taking yang dilakukan pelaku pasar.
DESTRIANITA