TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta optimistis pertumbuhan ekonomi pada 2019 akan mencapai 7 persen. Namun, menurut dia, terdapat tiga syarat prioritas yang harus diwujudkan pemerintah agar target tersebut terkejar.
"Meningkatkan investasi 10 persen per tahun, mendorong ekspor tumbuh 3 persen per tahun, dan mengendalikan impor hingga hanya tumbuh 2 persen per tahun," ujar Arif dalam workshop media KEIN di Hotel Novotel, Bogor, Ahad, 14 Agustus 2016.
Menurut Arif, dalam mendorong investasi, pemerintah perlu mengoptimalkan Kawasan Ekonomi Khusus dan kawasan industri. Kampanye investasi pun, kata mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Komisi Keuangan itu, harus dilakukan secara masif dan terstruktur.
Selain itu, untuk menggenjot investasi, Arif menyarankan pemerintah mengembangkan e-commerce dengan meningkatkan akses broadband. "Penggandaan tingkat penetrasi broadband dan keterlibatan UKM secara digital dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 2 persen," katanya.
Arif menambahkan, relaksasi fiskal terhadap industri prioritas yang padat karya atau bernilai tambah tinggi berbasis agro, sumber daya alam, dan maritim pun diperlukan. "Pemerintah juga perlu mewajibkan perbankan mengalokasikan minimal 20 persen dari kreditnya untuk UKM," tuturnya.
Dalam mendorong ekspor, menurut Arif, pemerintah perlu meningkatkan jaringan promosi dan pemasaran ekspor untuk produk inovatif dan komoditas potensial. "Selain itu, memperluas skema pembiayaan bilateral dengan mengefektifkan kerja sama lembaga pembiayaan ekspor antarnegara," katanya.
Untuk menggenjot ekspor, Arif menilai, pemerintah juga dapat melakukan relaksasi perizinan dan memberikan insentif untuk perusahaan-perusahaan yang memproduksi bahan baku yang tidak tersedia di dalam negeri. "Dan tentunya aktif mencari pasar baru tujuan ekspor," ujarnya.
Dalam pengendalian impor, Arif mengatakan, pemerintah harus mempermudah impor bahan baku untuk industri padat karya dan bernilai tambah tinggi. Pemerintah pun, menurut dia, perlu mengendalikan impor produk-produk yang berpotensi menurunkan daya saing produk domestik di pasar dalam negeri.
Strategi lain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kata Arif, adalah dengan mendorong konsumsi dan tetap menjaga laju inflasi. "Kemudian, menjaga daya beli kelompok rumah tangga miskin dan meningkatkan proyek padat karya di perdesaan dengan pekerja dari kelompok masyarakat miskin," ujarnya.
ANGELINA ANJAR SAWITRI