TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mencatat neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II surplus seiring meningkatnya surplus transaksi modal dan finansial sekaligus menurunnya defisit transaksi berjalan. Saat ini, neraca pembayaran mencapai US$ 2,2 miliar atau meningkat dari sebelumnya hanya US$ 0,3 miliar.
“Perkembangan ini menunjukkan keseimbangan eksternal perekonomian yang makin baik, dan turut menopang stabilitas makroekonomi,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara dalam keterangan tertulis Jumat, 12 Agustus 2016.
Adapun defisit transaksi berjalan ini saat ini sebesar US$ 4,8 miliar atau 2,2 persen dari produk domestik bruto. Nilai tersebut menurun dari triwulan I 2016 sebesar US$4,7 miliar atau 2 persen dari PDB.
Menurut Tirta, menurunnya defisit transaksi berjalan dipicu oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas. Jumlah ekspor nonmigas pada produk manufaktur seperti tekstil, kendaraan, mesin, dan peralatan mekanik ternyata jauh lebih tinggi dibanding impor. Kendati demikian, jumlah impor juga meningkat karena kebutuhan bahan baku dalam negeri.
Di sisi lain, lanjut Tirta, defisit neraca perdagangan migas justru melebar karena kenaikan harga minyak dunia. Defisit neraca jasa juga melonjak seiring pola musiman surplus neraca jasa perjalanan yang rendah pada triwulan laporan.
Sementara itu, surplus transaksi modal dan finansial dipengaruhi oleh persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik dan meredanya ketidakpastian di pasar keuangan global. Saat ini, Bank Indonesia mencatat surplus transaksi modal dan finansial mencapai US$7,4 miliar, lebih besar dibandingkan dengan surplus pada triwulan sebelumnya sebesar US$4,6 miliar. “Ditopang oleh aliran masuk modal investasi portofolio,” kata Tirta.
Aliran investasi portofolio neto meningkat hingga US$ 8,4 miliar yang sebagian besar berasal dari penerbitan obligasi pemerintah dan net inflows investor asing. Mereka membeli di pasar saham serta surat berharga negara (SBN) dalam rupiah.
Surplus investasi tercatat menjadi menjadi US$ 3,0 miliar dari US$2,7 miliar pada triwulan I 2016, seiring dengan positifnya prospek ekonomi domestik.” Perkembangan ini memperkuat cadangan devisa,” kata Tirta.
Cadangan devisa yang semula hanya US$ 107,5 miliar pada akhir triwulan I, meningkat menjadi US$ 109,8 miliar. Tirta mengatakan jumlah tersebut cukup membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah hingga Maret 2017.
PUTRI ADITYOWATI