TEMPO.CO, Jakarta - PT Holcim Indonesia (Tbk) tidak memungkiri saat ini banyak produsen sejenis bermunculan. Akibatnya, tingkat persaingan di antara produsen semen semakin ketat. Perkembangan terakhir, saat ini produksi semen dalam negeri bertambah hingga 20,2 juta ton. Sayangnya, hal itu tidak diimbangi konsumsi yang hanya 4 juta ton.
Direktur Penjualan PT Holcim Indonesia Dion Sumedi mengatakan, untuk menghadapi kelebihan pasokan, perusahaannya akan tetap berfokus pada permintaan pelanggan yang ada di Indonesia, baik kepada retail ataupun pelanggan perorangan.
“Kami juga meningkatkan kualitas dan mempertahankan mutu, dan juga menambah footprint kami ke toko-toko daerah yang bisa kami masuki,” kata Dion di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat, 12 Agustus 2016.
Dari segi nilai tambah, Holcim juga menggali kebutuhan dan memberikan solusi kepada konsumen. “Yang kami kasih ke mereka adalah pelayanan terintegrasi. Kalau ke retail bagaimana mereka untuk bisa selling out,” tutur Dion.
Meski oversupply, Holcim tetap mengoptimalkan produksi. Terlebih pada Februari lalu, Holcim telah mengakuisisi PT Lafarge Cement Indonesia sehingga market share-nya di pasar bertambah luas, yakni dengan penambahan wilayah Aceh dan Sumatera Utara.
Terlebih, kata Dion, persaingan distribusi di sana tidak terlalu ketat seperti di Jawa. “Tadinya itu enggak dalam ranahnya Holcim. Kalau di Jawa, oversupply-nya di Jawa Barat karena pemain baru ada di sana,” ucapnya.
Dion menuturkan, tiap tahun, Holcim bisa memproduksi sebesar 15 juta ton semen. Dari produksi tersebut, sekitar 60 persen hasil produksi akan didistribusikan di wilayah Jawa, 30 persen di wilayah Sumatera, dan sisanya di luar wilayah, termasuk untuk diekspor.
Direktur Marketing Holcim Dhamayanti Suhita mengatakan korporasi juga mulai merambah pangsa luar negeri, meski yang diekspor masih kurang dari 1 persen. “Selain ke Bangladesh, ke Afrika, dan di beberapa negara lain. Enggak sampai 1 persen,” kata Dhamayanti.
Untuk mempercepat pasokan semen, Holcim juga baru saja membangun terminal pengemasan di Lampung dengan capex mencapai Rp 400 miliar dan sudah dioperasikan sejak bulan lalu. "Di Lampung untuk tingkatkan suplai, dan pelayanan di bagian selatan Sumatera. Tadinya kan ke Lampung dari Jawa gunakan kapal, tapi sekarang di sana (Lampung) sudah bisa packing plant," ujar Dion.
DESTRIANITA