TEMPO.CO, Indramayu - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan akan hidupkan kembali kredit usaha tani (KUT) untuk petani.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat berada di Indramayu, Kamis, 11 Agustus 2016. “Petani akan mendapatkan kredit, semacam kredit usaha tani (KUT) zaman dulu,” kata Enggar. Bunga kredit pun dijamin ringan sehingga petani pun tidak akan dibebani dengan bunga tinggi.
Dijelaskan Enggar, perbankan sudah pasti akan meminta jaminan terhadap kredit yang mereka kucurkan. “Jaminannya beras itu sendiri,” kata Enggar. Namun dalam kredit ini, Bulog akan digandeng untuk menjamin pembelian terhadap beras tersebut. “Bulog akan bertindak sebagai pembeli atau off taker-nya.”
Kepada Bulog pun Enggar menekankan untuk menyerap seluruh hasil produksi pertanian dalam negeri. “Pemerintah tidak mau ada produksi dalam negeri yang tidak terserap,” ujar Enggar. Karenanya Enggar pun mendorong kepada Bulog maupun perusahaan milik pemerintah daerah untuk bertindak sebagai ‘tengkulak’ sehingga bisa menguraikan panjangnya mata rantai distribusi yang saat ini cukup panjang sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan harga yang sangat tinggi.
Dengan KUT yang disalurkan ditambah jaminan pembelian terhadap seluruh produk pertanian, Enggar berharap petani di dalam negeri bisa mendorong petani untuk tidak ragu lagi bertani. Sehingga diharapkan kesejahteraan mereka pun bisa meningkat. “Secepatnya akan kita bahas rencana itu,” kata Enggar.
Dengan berbagai kemudahan yang dilakukan, Enggar pun berharap dalam waktu yang tidak terlalu lama, kemandirian pangan pun bisa tercapai. “Bahkan dalam waktu dekat kita pun bisa menjadi eksportir,” kata Enggar. Pihaknya pun, lanjut Enggar, sudah mendapatkan jaminan dari Kapolri untuk mengambil tindakan tegas terhadap penimbun pangan yang mengambil keuntungan untuk diri sendiri.
Sementara itu Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menjelaskan jika pihaknya akan mengubah tradisi paceklik. “Biasanya dari Desember hingga Februari merupakan paceklik. Sehingga harga beras di pasar Induk Cipinang pun tinggi. Itu yang akan kita ubah,” kata Amran. Karenanya selama Juli hingga Agustus ini pihaknya pun mendorong peningkatan luas tanam hingga 1 juta hektar/bulan.
Dijelaskan Amran, biasanya luas areal tanam padi selama Juli hingga Agustus hanya 500 hingga 600 ribu hektare di seluruh Indonesia. Dengan luas seperti seperti itu, maka produksi yang dihasilkan pun tidak mencukupi untuk kebutuhan dalam negeri yang mencapai 2,6 juta beras setiap bulannya. Karenanya penambahan luas tanam selama akhir tahun ini dibutuhkan agar paceklik tidak terjadi dari Desember hingga Februari mendatang.
Caranya menurut Amran yaitu dengan mendorong percepatan tanam mulai Agustus ini. “Biasanya petani memiliki upacara adat tertentu untuk tanam,” kata Amran. Sehingga tanam pun menjadi terlambat, padahal dengan iklim tahun ini petani sudah bisa melakukan tanam padi lagi saat ini.
Selanjutnya Amran pun menambahkan jika tahun ini pun mereka menargetkan penambahan luas areal tanam padi di Indonesia. “Tahun lalu kita sudah dapat 14 juta hektar,” kata Amran. Tahun ini Amran berharap luas areal tanam bertambah 14,5 juta hektar.
IVANSYAH