TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, 10 Agustus 2016, bergerak menguat sebesar 24 poin menjadi 13.103 dibanding sebelumnya di posisi 13.127 per dolar AS.
Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus, di Jakarta, mengatakan bahwa dolar AS bergerak melemah di kawasan Asia. Salah satu faktor yang menekan mata uang Amerika Serikat itu adalah outlook ekonomi global yang masih kurang bagus.
"Faktor itu membuat pelaku pasar ragu akan kemungkinan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat tahun ini sehingga aset di negara berkembang, termasuk rupiah, masih menjadi incaran," katanya.
Ia menambahkan bahwa sentimen dari data produktivitas Amerika Serikat yang mengukur seberapa banyak barang dan jasa yang dihasilkan oleh pekerja yang diproyeksikan menurun menambah sentimen negatif bagi dolar AS.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, mengatakan program amnesti pajak masih menjadi salah satu faktor yang menjaga stabilitas nilai tukar rupiah untuk tetap berada di area positif.
"Dana repatriasi dari program amnesti pajak mendorong permintaan rupiah meningkat, program itu juga memberi harapan yang tinggi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia," katanya.
Suksesnya program amnesti pajak, dia melanjutkan, akan membantu pendanaan pembangunan infrastruktur di dalam negeri yang akhirnya berdampak positif terhadap perekonomian nasional.
Kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi 13.123 dibanding Selasa, 9 Agustus 2016, yakni 13.133.
ANTARA