Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rumput Laut Indonesia Terancam di AS, Ini Efek Dominonya

Editor

Saroh mutaya

image-gnews
Rumput laut berada di dalam wadah yang telah dipisahkan dari sampah di Pantai Tanah Beru, kabupaten Bulukumba, Sulsel, 07 Maret 2015. Rumput laut yang menyatu dengan sampah akibat Angin Barat di jual dengan harga 10 ribu perkilogramnya kepada pengepul. TEMPO/Iqbal Lubis
Rumput laut berada di dalam wadah yang telah dipisahkan dari sampah di Pantai Tanah Beru, kabupaten Bulukumba, Sulsel, 07 Maret 2015. Rumput laut yang menyatu dengan sampah akibat Angin Barat di jual dengan harga 10 ribu perkilogramnya kepada pengepul. TEMPO/Iqbal Lubis
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perdagagan menilai kinerja ekspor rumput laut berpotensi tertekan hingga US$160,4 juta, jika Amerika jadi mengeksekusi rencana mencoret komoditas ini dari daftar pangan organik.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Dody Edward mengatakan rencana ini akan diputuskan US National Organic Standards Board (NOSB) pada November 2016.

Dalam kajian Kemendag, jika rencana delisting rumput laut ini dieksekusi, maka akan ada penurunan nilai ekspor komoditas tersebut mencapai US$1 juta. Efek dominonya, lanjut Dody, bahkan lebih besar lagi. Menurutnya, ada kemungkinan kebijakan ini akan memicu tujuan ekspor rumput laut lainnya seperti Eropa untuk memberlakukan hal serupa.

“Indonesia bahkan berpotensi mengalami kerugian hingga US$160,4 juta jika semua pasar tujuan ekspor Indonesia memberlakukan hal yang sama seperti Amerika,” ujar Dody dalam siaran tertulisnya, Selasa (9 Agustus 2016).

Meski demikian, pendapat pemerintah tak sepenuhnya diamini pengusaha. Kalangan asosiasi menilai pencoretan rumput laut dari daftar pangan organik di Amerika bukan merupakan masalah besar. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Perikanan Indonesia (Gappindo) Herwindo mengatakan pasar utama rumput laut nasional yakni Cina. Sementara itu, persentase ke Amerika sangat sedikit. “Menurut saya pengaruhnya tak banyak,” ujar Herwindo kepada Bisnis.com, Selasa (9 Agustus 2016).

Adapun, asal muasal rancangan kebijakan pencoretan rumput laut dari daftar pangan organik muncul dari petisi Joanne K. Tobacman dari University of Illinois, Chicago. Petisi yang disampaikan pada Juni 2008 ke US Food and Drug Administration (FDA) ini berisi larangan penggunaan carrageenan sebagai bahan tambahan makanan.

Carrageenan sendiri berasal dari rumput laut. Alasan pelarangannya, karena dari penelitian Tobacman, menunjukkan carrageenan  dapat menyebabkan peradangan yang memicu kanker.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Awalnya petisi ini ditolak US FDA. Namun, publikasi lembaga sosial masayarakat Cornucopia Institute dari Amerika pada Maret 2013 turut mendorong publik agar NOSB mengeluarkan carrageenan dari daftar pangan organik.

Dody menyebutkan nantinya pada bulan kesebelas tahun ini, US NOSB tersebut akan memutuskan apakah carrageenan tetap masuk dalam National List of Allowed and Prohibited Substances atau tidak.

Hingga kini, Indonesia sendiri tercatat sebagai produsen utama rumput laut di dunia.  Untuk komoditas rumput laut, pangsa pasar Indonesia mencapai 41% pada 2013.

Selama ini, rumput laut pun menjadi bahan baku carrageenan dan agar-agar. Menurut Dody, dengan peningkatan konsumsi pangan organik di dunia, memicu lahirnya isu kesehatan yang mempengaruhi perdagangan produk organik.

Direktorat Pengamanan Perdagangan Kemendag tengah aktif memantau perkembangan rencana pencoretan produk rumput laut tersebut. “Kami juga mengharapkan kerjasama dari kementerian atau lembaga terkait, asosiasi, dan akademisi guna membahas langkah-langkah yang dapat membatalkan delisting produk rumput laut tersebut.”

BISNIS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Nurseri Modern Tanaman Perkebunan di Cianjur Diresmikan

20 Juli 2023

Nurseri Modern Tanaman Perkebunan di Cianjur Diresmikan

Nurseri modern akan mendorong pertumbuhan wilayah agribisnis


Peluang dan Peran Fintech Lending di Sektor Agribisnis

5 November 2022

Ilustrasi fintech. Shutterstock
Peluang dan Peran Fintech Lending di Sektor Agribisnis

Baik fintech maupun agritech dapat membantu mengelola risiko terkait pertanian dengan memberikan data kepada pemberi pinjaman untuk penjaminan dan mitigasi risiko yang lebih baik


Ubi Cilembu Asal Sumedang Tembus Pasar Ekspor Singapura, Malaysia, dan Hong Kong

28 Februari 2022

Ubi cilembu. (makananriangan.blogspot.com)
Ubi Cilembu Asal Sumedang Tembus Pasar Ekspor Singapura, Malaysia, dan Hong Kong

Ubi Cilembu yang berasal dari Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, ternyata diminati di mancanegara, di antaranya Singapura, Malaysia dan Hongkong.


Sektor Pertanian dan Agroindustri Berpotensi Besar

23 Februari 2021

Sektor Pertanian dan Agroindustri Berpotensi Besar

LPEM FEB UI menemukan setiap 1 persen pertumbuhan sektor pertanian secara tidak langsung berdampak besar terhadap 1,36 persen pertumbuhan industri.


JAPFA Raih Best of Best Versi Forbes Indonesia

1 November 2019

Peternak memberi makan ayam petelur di peternakan ayam kawasan Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat, Jumat, 28 Juni 2019. Kementerian Pertanian (Kementan) meminta perusahaan pembibitan ayam untuk memangkas bibit ayam (Day Old Chick Final Stock) ras pedaging, untuk mengatasi kelebihan pasokan di pasar yang menyebabkan harga ayam hidup anjlok di tingkat peternak. ANTARA/Yulius Satria Wijaya/ama.
JAPFA Raih Best of Best Versi Forbes Indonesia

Manajemen PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk telah melakukan transformasi digital dalam proses produksi.


Perang Tomat Gantikan Perang Cambuk Para Jawara

14 Oktober 2016

Peserta berbaring di atas ribuan tomat dalam acara
Perang Tomat Gantikan Perang Cambuk Para Jawara

Dalam sehari tomat yang dipanen di desa Serang bisa mencapai 15 ton.


Singapura Lirik Industri Pengolahan Makanan di Jawa Barat

26 Juli 2016

Tumpukan makanan ringan Intip Goreng yang diproduksi oleh industri rumahan di Ngringo, Palur, Karanganyar, Jawa Tengah, 31 Juli 2015. TEMPO/Bram Selo Agung
Singapura Lirik Industri Pengolahan Makanan di Jawa Barat

Singapura menjajaki pembangunan pabrik pengolahan makanan di Jawa Barat.


Michelin Berencana Buka Pabrik Karet di Indonesia

28 Oktober 2015

Michelin Energy XM2 (paultan.com)
Michelin Berencana Buka Pabrik Karet di Indonesia

Michelin ingin membuka perkebunan dan pabrik karet di
Indonesia terkait anjuran Menteri Perindustrian untuk
berekspansi ke sektor hulu.


12 Negara Bahas Rumput Laut di Makassar  

26 Oktober 2015

Seorang anak memperlihatkan rumput laut saat dijemur di pantai Tarwa, Kepulauan Kei Kecil, Maluku Tenggara, 12 Oktober 2015. Diakibatkan banjirnya persediaan dibandingkan permintaan pasar, harga komoditas rumput laut mengalami penurunan dari harga Rp 20 ribu kini menjadi Rp 6 ribu perkilonya. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
12 Negara Bahas Rumput Laut di Makassar  

Pertemuan ini penting untuk menangkal upaya sejumlah negara di Eropa memboikot produk rumput laut.


Sayur Organik Tak Populer, Begini Cara Pedagang Menjualnya

15 Oktober 2015

Sayur organik produksi Bantul, Yogyakarta.(TEMPO/Shinta Maharani)
Sayur Organik Tak Populer, Begini Cara Pedagang Menjualnya

Paramita mangatakan, saat ini, kelompok tani baru bisa menyediakan sayuran organik untuk 30 orang anggota.