TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta tadi sore bergerak menguat sebesar 12 poin menjadi 13.105 dibanding sebelumnya di posisi 13.117 per dolar Amerika Serikat.
Kepala Riset NH Korindo Securities, Reza Priyambada, mengatakan data pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II tahun ini yang berada di level 5 persen atau lebih baik dibandingkan periode sebelumnya masih memberi pengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar uang domestik.
"Rilis data produk domestik bruto (PDB) yang dirilis Badan Pusat Statistik pada Jumat, 5 Agustus 2016, masih mendapat respons positif dari pelaku pasar uang di dalam negeri," kata Reza di Jakarta, Senin, 8 Agustus 2016.
Reza menambahkan, laju minyak mentah dunia yang bergerak menguat turut memberi dampak positif pada rupiah. Terpantau harga minyak jenis WTI Crude pada Senin sore ini menguat 1,29 persen menjadi US$ 42,38 per barel dan Brent Crude naik 1,15 persen menjadi US$ 44,78 per barel.
Meski demikian, Reza melanjutkan, data Amerika Serikat mengenai angka penggajian non-pertanian atau non-farm payroll (NFP) Amerika Serikat yang meningkat dapat menahan laju penguatan rupiah lebih tinggi ke depannya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan data angka penggajian non-pertanian yang meningkat mendorong harapan pertumbuhan ekonomi AS lebih cepat dan meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat.
"Kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat dapat membuat investor mengalihkan dananya ke dalam bentuk dolar AS," kata Ariston.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) hari ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi 13.144 dibanding Jumat, 5 Agustus 2016, yang mencapai 13.125 per dolar AS.
ANTARA