TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan asumsi makro ekonomi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016 tidak akan diubah. Hal ini berbeda dengan yang disampaikan sebelumnya bahwa akan ada perubahan pada aspek nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan target defisit anggaran terhadap produk domestik bruto (PDB).
"Asumsi makro tidak diubah, defisit tidak akan banyak berubah," kata Sri Mulyani seusai penutupan World Islamic Economic Forum (WIEF) ke-12, Kamis, 4 Agustus 2016.
Pemerintah sebelumnya mematok asumsi makro khususnya nilai tukar semula Rp 13.500 per dolar AS dan berencana mengubahnya menjadi Rp 13.300 per dolar AS. Sedangkan untuk defisit anggaran yang semula dipatok 2,35 persen naik menjadi 2,5 persen terhadap PDB.
Namun Sri Mulyani mengatakan Kementerian Keuangan akan terus memantau perkembangan makro ekonomi ke depan, khususnya defisit anggaran. "Nanti akan kita lihat. Sekarang financing masih di sekitar yang kita rencanakan," ucapnya.
Sri Mulyani memperkirakan penambahan defisit bakal berkisar Rp 17 triliun. "Tapi itu mungkin masih bisa kita lihat dari sisi revenue atau dari sisi spending.”
Sebelumnya, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyepakati target defisit dalam APBN-P 2016 sebesar Rp 296,7 triliun atau 2,35 persen terhadap PDB. "UU APBNP sudah sangat jelas. Jadi, kami akan melakukan apa yang bisa kami lakukan," kata Sri Mulyani.
Untuk asumsi makro lainnya, pemerintah tetap mematok pertumbuhan ekonomi di 5,2 persen, inflasi 4 persen, dan surat berharga negara 5,5 persen. Kemudian harga minyak berada di level US$ 40 per barel, lifting minyak sebanyak 820 ribu barel, dan lifting gas 1.150 barel setara minyak per hari.
GHOIDA RAHMAH