TEMPO.CO, Jakarta - PT Aneka Tambang Persero Tbk (ANTM) tengah melakukan penjajakan untuk mengembangkan pasar ekspor emas untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Beberapa pasar yang tengah dijajaki di antaranya Malaysia, Singapura, Uni Emirat Arab, dan beberapa negara Afrika.
Adapun penjajakan pasar baru dilakukan seiring dengan adanya kendala berlanjutnya ekspor ke India, yang merupakan pasar ekspor utama emas perseroan pada 2015. Direktur Utama Antam Tedy Badrujaman mengatakan tingginya penjualan emas Antam tahun lalu merupakan anomali yang disebabkan tingginya ekspor emas ke India seiring dengan adanya ASEAN-India Free Trade Agreement.
Dengan adanya pembatasan impor emas yang diberlakukan pemerintah India dan berlaku bagi semua perusahaan sejak akhir tahun lalu, hal itu diakui akan berdampak pada total penjualan emas Antam pada 2016. Meski demikian, jika dilihat secara historis, target penjualan emas tahun ini sebesar 11,5 ton masih merupakan all-time high di luar anomali pada 2015.
"Kami optimistis dengan adanya penjajakan untuk menembus pasar ekspor, volume penjualan emas Antam akan tetap tumbuh," kata Tedy dalam keterangan resmi yang dipublikasikan, Kamis, 4 Agustus 2016.
Pada akhir semester I 2016, seiring dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang lebih rendah daripada nilai tukar pada pengujung 2015, Antam memperoleh benefit dari sisi selisih kurs. Selain itu, dengan adanya penguatan harga komoditas emas yang saat ini mencapai kisaran harga US$ 1.350 per oz, lebih tinggi dibanding harga rata-rata emas pada 2015 sebesar US$ 1.190,75 per oz, segmen emas diharapkan akan semakin memberi kontribusi positif pada paruh waktu 2016.
Kedua faktor ini diharapkan akan meningkatkan kinerja keuangan Antam pada 2016. Dalam pengembangan bisnis emas, Antam bersama PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Smelting (PTS) telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) tentang pembangunan Pabrik Pengolahan Anode Slime & Pemurnian Logam Mulia (Precious Metal Refinery/PMR).