TEMPO.CO, Jakarta - Bank Mandiri berhasil mencatatkan pertumbuhan laba operasional sebelum pencadangan (pre-provision operating profit/PPOP) sebesar Rp 19,3 triliun hingga akhir Juni 2016, tumbuh 13,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 17,1 triliun.
Menurut Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Sulaiman A. Arianto, laju kenaikan laba operasional tersebut ditopang oleh pertumbuhan pendapatan operasional sebesar 13,6 persen menjadi Rp 34,98 triliun.
Adapun kenaikan tersebut dipicu pertumbuhan kenaikan pendapatan bunga bersih dan premi bersih sebesar 13,3 persen menjadi Rp 25,8 triliun dan peningkatan pendapatan jasa (fee based income) sebesar 14,5 persen menjadi Rp 9,2 triliun. Di samping itu, pada periode yang sama, perseroan juga telah berhasil menurunkan beban bunga sebesar 9,3 persen secara tahunan; akibat meningkatnya komposisi dana murah.
“Bank Mandiri tetap dapat mengelola produktivitas aset dan bisnis transaksional dengan baik di tengah tantangan perlambatan ekonomi domestik dan internasional, serta program suku bunga murah,” kata Sulaiman dalam konferensi pers di acara Investor Day di Bursa Efek Indonesia, Rabu, 3 Agustus 2016.
Bank Mandiri juga telah melakukan langkah-langkah antisipasi untuk memastikan perseroan tetap tumbuh sehat dan berkelanjutan, di tengah masih berlanjutnya dampak perlambatan ekonomi kepada kinerja perbankan nasional. Di antaranya dengan membentuk pencadangan yang cukup kuat guna memperkuat struktur aset produktif yang lebih solid dan mengantisipasi tren kenaikan kredit bermasalah (NPL) di industri perbankan ke depan. Pada triwulan II 2016, Bank Mandiri mengalokasikan pencadangan sebesar Rp 9,9 triliun; meningkat dari Rp 4 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Atas langkah pencadangan tersebut, pada triwulan II tahun ini Mandiri mencatatkan laba bersih Rp 7,08 triliun, turun 28,7 persen dari periode yang sama tahun lalu. “Namun kami optimistis dengan langkah-langkah yang kami lakukan. Bank Mandiri secara konsisten dapat terus memperkuat pondasi struktur keuangannya agar dapat terus tumbuh secara berkelanjutan,” ujar Sulaiman.
Selain itu, Bank Mandiri juga melakukan langkah-langkah antisipasi untuk memastikan agar ke depannya perseroan tetap tumbuh sehat dan berkelanjutan, dan dapat mengelola kredit bermasalah sebaik mungkin. Misalnya, melalui penguatan fungsi manajemen risiko, penajaman risk acceptance criteria (RAC), dan optimalisasi restrukturisasi dan pemulihan untuk penyelesaian kredit bermasalah dengan lebih fokus, cepat, dan tuntas.
Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri juga meningkat menjadi Rp 691,4 triliun pada akhir Juni 2016 dari Rp 654,9 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. Dari pencapaian tersebut, total dana murah (giro dan tabungan) yang berhasil dikumpulkan Bank Mandiri mencapai Rp 439,4 triliun. Jumlah itu didorong oleh peningkatan tabungan sebesar Rp 37,1 triliun menjadi Rp 273,6 triliun.
Untuk meningkatkan pengumpulan dana masyarakat melalui peningkatan kenyamanan bertransaksi, Bank Mandiri terus mengembangkan jaringan kantor cabang, jaringan elektronik, maupun jaringan layanan lainnya. Pada akhir Juni 2016, layanan perbankan Bank Mandiri dapat dinikmati melalui 2.472 kantor cabang, 2.159 unit mikro serta 17.461 unit ATM yang tersebar di seluruh Indonesia.
DESTRIANITA