TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah di Amerika Serikat kembali melemah 1,14 persen di US$ 42,64 per barel. Pelemahan harga minyak dunia ini membuat rupiah, sebagai mata uang yang berbasis komoditas, bergerak tertekan sepanjang perdagangan Selasa, 26 Juli 2016.
Kepala Riset NH Korindo Securities, Reza Priyambada, mengatakan, meski masih dalam kategori melemah tipis, rupiah berpeluang untuk melanjutkan pelemahannya. Terutama jika tidak ada sentimen positif yang menahan pelemahan tersebut.
"Rupiah berada dalam support 13.208 serta resistan 13.155," kata Reza Priyambada dalam pesan tertulisnya, Rabu, 27 Juli 2016.
Laju mata uang dolar AS terlihat masih belum mampu berbalik menguat dalam perdagangan kemarin. Terlihat, GBP (pound sterling), EUR (euro), AUD (dolar Australia), maupun NZD (dolar New Zealand) masih mampu untuk melanjutkan tren positifnya terhadap dolar AS.
Di sisi lain, secara umum, pelemahan dolar AS masih belum mampu mendongkrak laju rupiah yang sebelumnya cenderung flat. Terbatasnya pergerakan rupiah seiring dengan masih minimnya sentimen positif dalam negeri setelah sentimen terkait tax amnesty mulai berangsur berkurang.
DESTRIANITA