TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Anton Supit angkat bicara soal rencana impor daging kerbau yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan harga daging sapi. Menurut dia, impor selalu menjadi obat jangka pendek, padahal yang paling penting adalah penataan pada sisi hulu sektor industri peternakan sapi ini.
"Jadi bagaimana agar (sektor hulu) benar-benar terkonsep dengan baik," kata Anton saat ditemui dalam sebuah acara diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 23 Juli 2016.
Hal yang paling mengerikan dari kekurangan sapi di Indonesia, menurut Anton, adalah membuat orang menjual sapi betina. Padahal, dari zaman kolonial Belanda, ada aturan yang melarang menyembelih sapi betina produktif. Ironisnya, sapi betina ini dijual lebih murah karena ilegal. "Ini penyebab kacaunya kita," tuturnya.
Berdasarkan penuturan Anton, 80-90 persen sapi-sapi di Indonesia dimiliki peternak yang beranggapan sapi sebagai komoditas atau tabungan. Karena itu, mereka menjual di saat perlu saja dan lebih suka menjualnya saat Idul Adha. "Karena harga mahal dan sapi impor kan enggak bisa," ucapnya.
Anton melanjutkan bahwa pemerintah panik akan harga daging karena keinginan Presiden Joko Widodo agar harga daging sapi turun sampai Rp 80 ribu per kilogram.
Ia mengatakan keinginan itu didasari laporan tim yang berangkat ke Malaysia membandingkan harga daging, padahal diduga yang dilihat adalah daging kerbau, bukan daging sapi. "Kan kita banyak salah informasi."
Anton menjelaskan, dari awal memang sudah ada kesalahan informasi karena dikatakan akan mengimpor sapi dari India. Padahal India tak pernah mengekspor sapi. Karena itulah, kemudian yang diimpor adalah daging kerbau, bukan daging sapi. "Tentu daging kerbau dan sapi berbeda."
Pemerintah, melalui Kementerian Pertanian, memang akan mendatangkan daging kerbau impor asal India. Ini dilakukan untuk menekan harga daging sapi di pasar dengan memberikan pilihan kepada masyarakat. Selain itu, langkah lain adalah mengimpor jeroan.
Padahal, sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman pernah mengatakan jeroan adalah makanan binatang. Namun kini Direktur Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita menyebutkan jeroan memiliki banyak kandungan yang baik.
DIKO OKTARA