TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia Tbk. mencatatkan pertumbuhan laba bersih pada semester I/2016 secara year on year sebesar 79,9 persen menjadi Rp 4,37 triliun. Selain ekspansi kredit dan kenaikan pendapatan komisi, perolehan laba perseroan juga ditopang oleh aksi efisiensi sepanjang tahun ini.
Achmad Baiquni, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk., mengatakan perseroan memang terus meningkatkan efisiensi, kalau dilihat cost to income. Sampai paruh pertama tahun ini turun menjadi 43,2 persen dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 43,8 persen.
“Selain efisiensi, penurunan biaya pencadangan juga turut mendorong pertumbuhan laba bersih. Kalau dilihat tahun lalu coverage ratio kami naikkan dari 130 persen menjadi 138 persen, tetapi sampai paruh pertama hanya naik dari 138 persen menjadi 142 persen,” ujarnya dalam jumpa pers pada Jumat, 22 Juli 2016.
Pendapatan bunga bersih sepanjang semester pertama kemarin tumbuh 11,7 persen menjadi Rp 13,91 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu senilai Rp 12,45 triliun. Sedangkan pertumbuhan pendapatan non bunga sebesar 28,7 persen menjadi Rp 4,43 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.
Dari segi pertumbuhan aset, perseroan mencatatkan pertumbuhan 25,1 persen menjadi Rp 539,14 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu senilai Rp 430,97 triliun. Pertumbuhan aset itu didorong pertumbuhan kredit yang sebesar 23,7 persen menjadi Rp 357,22 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu yang sebesar Rp 288,72 triliun.
Adapun pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perseroan sepanjang paruh pertama tahun ini tumbuh 19,6 persen menjadi Rp 391,49 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu yang senilai Rp 327,26 triliun.
Dengan hasil kinerja semester pertama tersebut, perseroan tetap menargetkan pertumbuhan kredit sekitar 18 persen sampai akhir tahun.
Baiquni menjelaskan pertumbuhan kredit perseroan sampai akhir tahun memang diprediksi di bawah pencapaian pertumbuhan kredit semester pertama tahun ini yang kalau dilihat secara year on year (yoy) sebesar 23,7 persen.
Hal itu disebabkan pertumbuhan kredit semester I/2015 belum terlalu bergairah. Sedangkan bila dibandingkan dengan pertumbuhan kredit paruh pertama tahun ini sudah cukup tinggi. Sehingga pertumbuhan kredit pun bisa di atas 20 persen. Pada tahun lalu, puncak pertumbuhan kredit terjadi pada semester kedua.
“Pertumbuhan kredit sampai akhir tahun lalu yang sudah terhitung tinggi membuat pertumbuhan kredit sampai akhir tahun ini kemungkinan sekitar 17 persen sampai 18 persen,” ujarnya.
Pada penutupan perdagangan kemarin, harga saham emiten berkode BBNI ini mencatatkan penurunan sebesar 4,93 persen menjadi Rp 5.300 per saham dengan kapitalisasi pasar senilai Rp 100,23 triliun dan P/E ratio sebesar 10,83 kali.