TEMPO.CO, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ingin investasi di bidang perfilman ditingkatkan dengan menambah jumlah bioskop di Indonesia. Bertambahnya jumlah bioskop di Indonesia diharapkan bisa membuka peluang bagi perkembangan industri film Indonesia.
Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan Indonesia masih membutuhkan investasi di bidang perfilman, terutama dari sisi bioskop. “Saat ini, jumlah bioskop yang ada di Indonesia tidak lebih dari 1.100-an,” ujarnya melalui siaran pers, Rabu, 20 Juli 2016.
Untuk tahap awal, kata Franky, BKPM akan memperbanyak jumlah layar film yang ada.
Ia menuturkan, dengan ketersediaan layar bioskop di Indonesia, akan lebih banyak film-film Indonesia diputar di bioskop. “Ditambah dengan melibatkan investor dari luar untuk meningkatkan kualitas dan meningkatkan mutu. Bukan tidak mungkin film Indonesia dapat diekspor,” ucapnya.
Investasi di dalam penambahan layar bioskop, menurut Franky, dapat mendorong terciptanya jumlah produksi film. Dengan ketersediaan bioskop, dari sisi suplai, film-film Indonesia akan semakin meningkat. Kualitas film Indonesia diharapkan juga semakin meningkat.
Franky menilai, sektor perfilman dapat menjadi salah satu alternatif investasi yang prospektif. Menurut dia, dengan pertumbuhan kelas menengah perkotaan dan meningkatnya skala kota-kota di Indonesia yang memiliki kepadatan meningkat, ketersediaan layar lebar atau bioskop merupakan salah satu sektor yang prospektif.
Dari data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), rasio layar berbanding populasi penduduk di Indonesia masih rendah. Rasio layar berbanding 100 ribu populasi Indonesia sebesar 0,4. Posisi ini di bawah Amerika Serikat yang rasionya 14; Inggris 6,8; Korea Selatan 4,3; Cina 1,8. Sedangkan di beberapa negara tetangga, rasionya juga lebih besar, seperti Singapura 3,9; Malaysia 2,4; Thailand 1,2.
Dari jumlah layar bioskop di Indonesia, 87 persen di antaranya berada di Pulau Jawa dan 35 persen dari jumlah tersebut berlokasi di Jakarta.
BAGUS PRASETIYO