TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita mengatakan pernyataan Menteri Pertanian Amran Sulaiman setahun lalu bahwa jeroan adalah makanan hewan sebenarnya belum lengkap.
“Belum titik sampai di situ pernyataan Pak Menteri,” kata Ketut Diarmita saat ditemui dalam konferensi pers tentang impor jeroan di Gedung C Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta Selatan, Selasa, 19 Juli 2016.
Ketut Diarmita menuturkan saat itu memang jeroan tak dibutuhkan. Namun ternyata keadaan negara dinamis dan kebutuhan jeroan berfluktuasi. Pada 2016, menurut dia, kebutuhan sudah mencapai puncaknya, sehingga pemerintah harus bijak. “Cari jalan keluar, gitu berpikirnya.”
Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat menutup keran impor jeroan pada tahun lalu menuturkan jeroan merupakan makanan hewan, bukan makanan manusia. “Itu makanan anjing dan kucing di sana (luar negeri),” ujar Amran kala itu.
Namun Ketut Diarmita mengatakan jeroan mengandung berbagai macam kandungan yang baik, misalnya lemak, protein, karbohidrat, vitamin B12, dan asam folat. Karena itulah, masyarakat Eropa juga memakan jeroan.
Pemerintah memang berencana membuka kembali keran impor jeroan untuk paru, hati, dan jantung. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 34 Tahun 2016 sudah diteken Menteri Pertanian pada Sabtu lalu. Peraturan ini mengatur tentang pemasukan daging, jeroan, dan olahannya.
DIKO OKTARA