TEMPO.CO, Sumenep - Pengelola Bandar Udara Trunojoyo di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, meminta pemerintah daerah setempat secepatnya membuat jalan baru untuk para petani yang memiliki sawah di sekitar bandara.
Kepala Unit Bandara Trunojoyo Wahyu Siswoyo mengatakan akses baru diperlukan karena jalan sebelumnya telah hilang terkena proyek pelebaran runway. Menurut Wahyu, ketiadaan akses jalan tersebut membuat petani terkadang lewat runway bila hendak ke sawahnya. Kondisi itu, kata dia, berbahaya karena bisa menyebabkan petani celaka, bahkan yang terburuk, yakni kecelakaan penerbangan.
"Sampai sekarang masih ada petani yang beraktivitas di dekat runway," kata dia, Selasa, 19 Juli 2016.
Sesuai dengan aturan keamanan penerbangan, kata dia, 150 meter dari central runway merupakan kawasan terlarang. Jarak itu terbagi masing-masing 75 meter di sisi kiri dan kanan runway. "Selebihnya, petani boleh beraktivitas," tuturnya.
Dia berharap jalan baru itu telah rampung sebelum Desember 2016. Sebab, pada bulan itu, status Bandara Trunojoyo, yang sekarang sebagai jalur penerbangan perintis, akan diresmikan menjadi bandara komersial. Dengan demikian, bandara tersebut bisa didarati pesawat Boeing Jenis ATR 46 berkapasitas 47 penumpang.
Selain runway, apron atau tempat parkir pesawat diperluas. Proyek ini menelan dana Rp 33 miliar lebih dari Kementerian Perhubungan. "Perluasan runway kami targetkan rampung pada Oktober dan Desember diresmikan jadi bandara komersial," ucapnya.
Selain akses jalan ke sawah, Wahyu menambahkan, gedung SMP PGRI, yang terletak di ujung bandara, perlu direlokasi. Gedung itu rencananya akan dijadikan bandara. "Kendala lainnya masih kami inventarisasi," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Sumenep Mohammad Fadilah belum dapat dimintai konfirmasi ihwal gangguan penerbangan tersebut.
MUSTHOFA BISRI