TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak dunia turun pada Kamis pagi WIB, 14 Juli 2016, akibat kekhawatiran melimpahnya pasokan minyak mentah serta minyak Amerika Serikat dan dunia. Kekhawatiran ini muncul setelah Amerika Serikat melaporkan penurunan stok minyak mentah yang lebih kecil dari perkiraan. Padahal ketersediaan produk minyak negara itu menumpuk.
Bursa berjangka komoditas dunia, New York Mercantile Exchange, mematok harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pada pengiriman Agustus nanti sebesar US$ 44,75 per barel atau turun harga senilai US$ 2,05. Pada penutupan patokan global, Rabu, 13 Juli, minyak mentah Brent North Sea di London morosot harganya sebesar US$ 2,21 menjadi US$ 46,26 per barel.
Data departemen energi Amerika Serikat (DoE) "meredam pasar secara keseluruhan," kata Carl Larry dari Frost & Sullivan. "Pasokan masih tampak tinggi. Secara keseluruhan, orang masih berpikir permintaan tidak begitu besar."
Perkiraan OPEC bahwa kelebihan pasokan minyak global akan berkurang tahun ini dan tahun depan sempat memicu lonjakan kontrak hampir mencapai 5 persen. Kurangnya pasokan itu dipicu penurunan produksi minyak oleh produsen non-OPEC.
Rupanya, data stok Amerika Serikat yang dirilis Kamis ini kembali memukul keras pasar pada Kamis pagi, meskipun persediaan minyak mentah komersial turun 2,5 juta barel sampai awal pekan Juli. Survei Bloomberg News menemukan bahwa para analis bahkan memperkirakan penurunan persediaan mencapai 3 juta barel. Namun persediaan minyak masih berada pada tingkat tertinggi secara historis.
Adapun persediaan produk secara tak terduga meningkat, termasuk bensin dan sulingan atau destilasi seperti bahan bakar diesel. Meski persediaan produk meningkat, produksi minyak mentah—yang telah terus jatuh dalam beberapa bulan terakhir—juga meningkat 50 ribu barel per hari pada pekan lalu. “Namun penarikan minyak mentah tak cukup berdampak besar pada sentimen pasar,” kata Larry. "Sentimen bearish."
ANTARA