TEMPO.CO, Jakarta - Analis ekonomi dari First Asia Capital, David Sutyanto, memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini masih berpotensi melanjutkan penguatan. Namun penguatan IHSG dibayangi aksi profit taking (ambil untung).
"Waspada terhadap aksi profit taking yang dapat terjadi pada sejumlah saham yang telah mengalami kenaikan signifikan. IHSG akan bergerak pada rentang 5.040-5.140," kata David Sutyanto dalam pesan tertulisnya, Rabu, 13 Juli 2016.
Selasa kemarin, IHSG tepat ditutup resisten di level 5.100. Kondisi tersebut membuat IHSG hari ini harus menguat hingga di atas 5.130 agar dapat mempertahankan tren bullish (kenaikan saham). Sentimen positif dari pasar global dan harga komoditas dapat membantu penguatan saham hari ini.
IHSG pada perdagangan kemarin kembali melanjutkan rally, tapi dibayangi aksi ambil untung atas sejumlah saham sektoral, terutama saham sektor konsumsi. Penguatan IHSG tertahan di resisten 5.120 dan akhirnya tutup menguat 30,514 poin (0,6 persen) di posisi 5.099,533. Akumulasi beli terutama melanda saham perbankan dan pertambangan seiring menguatnya sentimen atas kenaikan harga komoditasnya.
Nilai transaksi di pasar reguler mencapai Rp 7 triliun dan pembelian bersih asing mencapai Rp 1,58 triliun. Tren penguatan IHSG sejalan dengan tren penguatan pasar saham global dan kawasan Asia dalam beberapa hari perdagangan terakhir. Pasar aset berisiko bergerak bullish ditopang sentimen program stimulus yang diambil sejumlah negara utama dunia, seperti Jepang dan Inggris, dan pudarnya ekspektasi kenaikan tingkat bunga di Amerika Serikat tahun ini.
Tren bullish pasar saham global kembali berlanjut tadi malam. Indeks saham Eurostoxx di kawasan Euro naik 1,7 persen ke level 2.933,44. Di Wall Street, indeks DJIA naik ke level tertingginya dalam tiga belas bulan terakhir ke posisi 18.347,67 atau menguat 0,66 persen. Indeks S&P menguat 0,70 persen di level 2.152,14. Sedangkan harga minyak berhasil rebound (kembali naik) setelah beberapa hari perdagangan terakhir terkoreksi.
Harga minyak mentah di Amerika tadi malam rebound 4,2 persen di level US$ 46,62 per barel menyusul rally harga sejumlah komoditas tambang logam, seperti nikel yang naik 4 persen lebih—mencapai level tertingginya dalam delapan bulan terakhir.
Tren bullish pergerakan aset berisiko memasuki Juli ini terutama dipicu respons atas berlanjutnya program stimulus yang dilakukan sejumlah negara mengatasi dampak pemburukan ekonomi setelah Inggris keluar Uni Eropa.
DESTRIANITA