TEMPO.CO, Jakarta - Pertumbuhan industri pengolahan non-migas pada kuartal kedua 2016 masih stagnan jika dibanding kuartal pertama 2016 yang masih lebih rendah daripada tahun lalu. "Misalnya otomotif, itu saja turun," ucap Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Syarif Hidayat di Jakarta, Selasa, 12 Juli 2016.
Kendati belum menyampaikan angka pertumbuhan industri pada kuartal kedua, Syarif mengatakan kondisi pasar ekspor yang masih lesu menjadi salah satu penyebab sulitnya mendorong pertumbuhan industri. "Amerika belum stabil, Cina juga belum. Memang situasi dunia masih seperti itu. Jadi memang belum bisa kita genjot," ujarnya.
Syarif menambahkan, pemotongan anggaran di tubuh kementerian dan lembaga turut mempengaruhi pertumbuhan industri, meski bulan puasa dan Lebaran cukup berkontribusi dalam mendongkrak pertumbuhan beberapa industri, terutama makanan dan minuman. "Kalau Lebaran, memang terbantu sedikit. Tapi tetap tidak bisa menggantikan ekspor," tuturnya.
Meski demikian, Kementerian Perindustrian tetap mematok target pertumbuhan industri sepanjang 2016 sebesar 5,6 persen, lebih tinggi daripada target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen.
Diketahui, pertumbuhan industri kuartal pertama 2016 mencapai 4,46 persen, lebih rendah dibanding periode yang sama pada 2015 sebesar 5,26 persen. Dalam hal ini, industri makanan dan minuman menyumbang angka paling besar terhadap produk domestik bruto (PDB), yakni 18,41 persen.
ANTARA