TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo yakin dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau British Exit (Brexit) bersifat sementara. Seperti diketahui, Inggris memilih keluar dari Uni Eropa setelah 43 tahun dengan perbandingan jumlah suara 52 persen dan 48 persen hari ini. Dampak dari keputusan tersebut sempat membuat ekonomi dunia bergejolak, tak terkecuali Indonesia.
"Kita melihat ini adalah sesuatu yang wajar karena memang ada suatu flight to quality, tapi secara umum Indonesia kondisi ekonominya baik," ujar Agus di Kompleks Bank Indonesia, Thamrin, Jakarta, Jumat, 24 Juni 2016.
Berita Menarik: Isu Brexit, Menkeu Harap Inggris Tak Keluar dari Uni Eropa
Agus berujar dampak langsung terhadap nilai tukar pound sterling sudah sangat terasa. Nilai pound sterling anjlok 10-11 persen atau yang terendah dalam 30 tahun terakhir. Nilai tukar euro juga mengalami penurunan sekitar 1-2 persen.
Sementara itu, nilai tukar rupiah, menurut Agus, hingga kemarin masih berada di kisaran Rp 13.260, dengan penguatan year to date (ytd) sebesar 4 persen. "Tapi hari ini kelihatan melemah kira-kira Rp 13.400. Jadi ada pelemahan 1 persen."
Agus menambahkan, keputusan Brexit memang akan berdampak ke seluruh dunia. Selanjutnya, akan terjadi periode risk off sesudah adanya kepastian Brexit. "Jadi, dana-dana yang ada di dunia bergerak menuju negara-negara yang diyakini aman," ujarnya.
Baca: Properti di Jakarta Selatan dan Tangerang Paling Banyak Diburu Warga
Amerika Serikat dan Jepang, kata Agus, menjadi negara tujuan aliran dana tersebut. "Di negara lain terjadi pelemahan," ucapnya. Selain itu, Agus mengatakan, hubungan perdagangan Indonesia dengan Inggris juga tidak terlalu besar dalam posisi ekspor dan impor. "Tapi dampak keuangannya pasti ada, yaitu dalam bentuk aliran dana tadi."
GHOIDA RAHMAH