TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono memprediksi, hingga akhir 2016, minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang bisa diekspor Indonesia bisa mencapai 27 juta ton.
“Sebenarnya tergantung produksi,” ujar Joko saat ditemui dalam acara bincang-bincang Gapki di Shangri-La Hotel, Jakarta, kemarin. Ia menuturkan, pada Mei lalu, ekspor CPO mengalami penurunan. Namun biasanya, pada semester kedua sampai akhir tahun, nilai ekspor CPO mengalami perbaikan.
Menurut Joko, bila produksi CPO bisa seperti tahun lalu, yakni di angka 32,5 juta ton, produksi tahun ini bisa mencapai 33 juta ton. Dengan asumsi tersebut, proyeksi ekspornya mencapai 26-27 juta ton.
Berdasarkan data Gapki, volume ekspor minyak sawit Indonesia pada April tercatat naik 20 persen dibanding pada bulan sebelumnya atau dari 1,74 juta ton pada Maret menjadi 2,09 juta ton pada April.
Secara year-on-year, kinerja ekspor minyak sawit Indonesia selama caturwulan pertama 2016 mencapai 8,23 juta ton atau naik sekitar 4,5 persen dibanding pada periode yang sama pada 2015, yaitu 7,88 juta ton.
Gapki juga mencatat produksi minyak sawit Indonesia pada April mengalami stagnasi. Beberapa daerah, terutama Sumatera, rata-rata mengalami penurunan produksi. Produksi minyak sawit yang mengalami kenaikan tipis hanya terjadi di Kalimantan, kecuali Kalimantan Tengah. Volume produksi minyak sawit Indonesia pada April mencapai 2,34 juta ton atau naik 1 persen dibanding produksi pada bulan sebelumnya, yakni 2,32 juta ton.
Sepanjang April 2016, ekspor minyak sawit Indonesia ke beberapa negara tujuan utama mengalami kenaikan, kecuali ke Cina. Amerika Serikat mencatatkan kenaikan impor minyak sawit dari Indonesia yang sangat signifikan, yaitu 564 persen atau dari 12,24 ribu ton pada Maret menjadi 81,31 ribu ton.
BAGUS PRASETIYO