TEMPO.CO, Jakarta - Upaya PT Pertamina(Persero) menekan angka kehilangan minyak(losses) dalam proses distribusi tidak selamanya berjalan mulus. Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan beberapa kali karyawannya di daerah mendapat teror dari sekumpulan orang tidak dikenal.
"Serikat pekerja kami mempertanyakan keamanan para karyawan khususnya yang berkaitan dengan serah terima minyak," ujar Dwi di kantor Komisi VII DPR, Rabu, 8 Juni 2016.
Kasus yang paling baru terjadi di Terminal BBM Teluk Kabung, Sumatera Barat, pada Selasa, 7 Juni lalu. Sekumpulan orang menyerbu terminal bahkan menganiaya penjaga dan karyawan. Alasannya karena orang tersebut tidak boleh masuk Terminal BBM untuk mengambil minyak. Padahal, kata Dwi, akses publik ke Terminal BBM memang dibatasi karena fasilitas tersebut termasuk objek vital nasional.
Baca: Tuban Sedia Lahan 389 Hektare untuk Kilang Pertamina-Rosneft
Beruntung, kerusuhan cepat ditangani dengan bantuan kepolisian. Tetapi pasokan BBM sempat dihentikan sejak kemarin hingga pukul 11.00 WIB hari ini.
Kerusuhan lainnya terjadi di Bali beberapa tahun lalu. Karyawan Pertamina dikeroyok beberapa orang tidak dikenal yang berusaha mencari informasi tentang truk tangki BBM yang 'kencing'. Istilah ini dipakai ketika tangki BBM disabotase pihak yang mencari keuntungan pribadi.
"Kami berhadapan dengan preman ketika tertibkan losses," ujar Dwi.
Simak: Berbiaya Rp 3,375 T, Kenapa Peluncuran BRIsat Tertunda?
Pertamina berupaya menekan losses ke angka 0,02 persen. Saat ini, toleransi masih di angka 0,19 persen. Angka ini turun dibandingkan dua tahun lalu sebesar 0,43 persen.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said mengakui Pertamina butuh pengamanan ekstra, khususnya di fasilitas distribusi BBM. Dia berjanji mengadakan rapat khusus dan berkoordinasi dengan aparat penegak hukum. "Kami akan adakan rapat khusus soal ini," ujarnya.
ROBBY IRFANY