TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Keuangan (Komisi XI) Dewan Perwakilan Rakyat Achmad Hafisz Tohir menilai, penerapan kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty bukan untuk mengatasi defisit dalam anggaran pendapatan dan belanja negara. "Tapi untuk mengatasi persoalan larinya modal kita ke luar negeri," katanya di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta, Senin, 6 Juni 2016.
Menurut Achmad, Rp 11 ribu triliun dana disinyalir tidak masuk ke negara. Artinya, iklim perpajakan dan investasi di Indonesia buruk. "Akibat kita melakukan tax amnesty, (defisit) APBN teratasi. Itu betul. Namun kalau kita mau mengejar shortfall APBN dengan mempercepat tax amnesty, itu salah," ucapnya.
Untuk mengatasi defisit anggaran, Achmad menambahkan, pemerintah dapat menerbitkan surat utang negara. Undang-Undang Tax Amnesty pun dapat disusun lebih maksimal. "Kalau mau dapat ikan yang besar, tax amnesty tidak harus buru-buru. Kalau tax amnesty digarap dengan baik, bisa mengatasi APBN-APBN selanjutnya."
Baca Juga: Simulasi Beres, Pemerintah Berharap RUU Tax Amnesty Disahkan
Dalam RAPBNP 2016, pemerintah memasukkan asumsi penerimaan tax amnesty Rp 165 triliun. Selain itu, pemerintah akan memperbesar porsi penyerapan dari pajak penghasilan non-migas serta penerimaan dari cukai tembakau. Di sisi lain, pemerintah akan menurunkan target penerimaan dari sektor pajak hingga Rp 19,6 triliun.
Menurut Achmad, penerimaan pajak yang turun itu disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang melambat. Dengan pertumbuhan ekonomi yang turun, pertumbuhan di sektor industri pun turun. "Kalau sektor industri macet, setoran pajak melemah. Maka, jangan sampai anggaran tidak menyentuh tenaga kerja, kemiskinan, dan kesejahteraan."
Simak: Lima Catatan FITRA pada RAPBNP 2016
Pemerintah mengusulkan asumsi pertumbuhan ekonomi dalam RAPBNP 2016 sebesar 5,3 persen, sama seperti asumsi dalam APBN 2016. Achmad meminta pemerintah merevisi angka tersebut. "Jangan dianggap remeh. Pertumbuhan 0,1 persen itu nilainya Rp 45 triliun. Kalau selisih 0,5 persen, sudah Rp 220 triliun. Artinya, duit kita hilang sia-sia di situ," katanya.
ANGELINA ANJAR SAWITRI