TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada memprediksi, support (batas atas) nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika pada Senin, 9 Mei 2016, berada di level 13.254 dan resisten (batas bawah) di level 13.238.
“Waspadai potensi pelemahan lanjutan nilai tukar rupiah terhadap dolar jika tidak ada sentimen positif pascalibur panjang nanti,” ujar Reza dalam keterangan tertulis, Ahad, 8 Mei 2016.
Reza berujar, harapan terhadap bertahannya laju rupiah di zona hijau tampaknya harus ditunda terlebih dulu. Hal ini mengingat terdapat beberapa sentimen negatif yang akan menghambat potensi kenaikan rupiah.
Reza menjelaskan, awalnya, laju rupiah mendapat sentimen positif dari kembali melemahnya laju dolar Amerika setelah merespons kurang baiknya data makro Amerika yang masih cenderung melambat. Namun pelemahan tersebut terbatas selepas dirilisnya pemberitaan dari salah satu petinggi The Fed, Bank Sentral Amerika.
“Pemberitaan itu mengatakan kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed pada Juni 2016,” katanya.
Di sisi lain, kata Reza, adanya rilis pelemahan angka pertumbuhan GDP dalam negeri turut mempengaruhi laju rupiah yang kembali terperosok. Setelah terakselerasi pada kuartal IV 2015 sebesar 5,04 persen (YoY), laju GDP kuartal I 2016 kembali melambat di level 4,92 persen(YoY).
Adapun Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan pertumbuhan tersebut lebih rendah daripada capaian kuartal VI 2015 sebesar 5,04 persen. Namun itu ada kenaikan tipis dibandingkan dengan kuartal I 2015 yang tercatat tumbuh 4,73 persen. Kemudian, pada kuartal II dan kuartal III 2015, Q2-15 dan Q3-15 tercatat sebesar 4,66 persen dan 4,74 persen.
Berdasarkan pantauan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), kurs rupiah pada Rabu kemarin ditutup pada level 13.246 per dolar Amerika atau melemah 84 poin dari posisi sebelumnya di level 13.162 per dolar Amerika. “Sentimen negatifnya adalah penurunan GDP,” tutur Reza.
BAGUS PRASETIYO